Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH MELEMAH: Perusahaan Cari Alternatif Lindungi Utang Dolar

Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memiliki kewajiban dalam bentuk dolar Amerika Serikat saat ini tengah mencari alternatif untuk melakukan lindung nilai terhadap utang-utang mereka.
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam
Dolar/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang memiliki kewajiban dalam bentuk dolar Amerika Serikat saat ini tengah mencari alternatif untuk melakukan lindung nilai terhadap utang-utang mereka.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan, dan mendekati nilai terlemah dalam 17 tahun terakhir. Ini menyebabkan biaya lindung nilai untuk mengantisipasi dampak pelemahan nilai tukar semakin meningkat.

"Biaya hedging sudah melambung sekarang," ucap Christopher Chan, Presiden Direktur PT Gajah Tunggal seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (23/9/2015).

Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra mengatakan biaya hedging untuk dua bulan menggunakan skema cross currency interest rate swap sekitar 9,5%.

Devaluasi Yuan yang terjadi bersamaan dengan pelemahan harga komoditas ekspor Indonesia dan mulai berkurangnya kepercayaan publik terhadap agenda reformasi Presiden telah melemahkan rupiah sebesar 15,5% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Perlemahan nilai tukar rupiah menjadikannya mata uang terburuk di Asia selain ringgit Malaysia.

Rupiah juga menjadi mata uang yang menduduki peringkat kedua dalam hal tingkat volatilitas tertinggi di Asia.

"Biaya hedging terpengaruh oleh volatilitas dan ini akan lebih mahal, terutama saat rupiah volatilitasnya sangat tinggi," ucap Chan.

Lebih lanjut Chan mengungkapkan pihaknya tengah mencoba untuk merestrukturisasi bisnis perusahaan dan fokus dalam kegiatan ekspor.

Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dalam bentuk dolar AS untuk menyeimbangkan kewajiban yang berbentuk dolar AS, alih-alih menambah transaksi lindung nilai.

Sedangkan Danadiputra mengatakan pihaknya telah mengeluarkan biaya sekitar US$100 juta untuk membayar suku bunga dan biaya transaksi hedging setiap bulan untuk menutupi biaya operasional perusahaan.

"Untuk straight hedging obligasi dalam mata uang dolar AS sampai jatuh tempo lebih mahal. Lebih murah jika kami menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran yang berbeda jenis mata uangnya," ucapnya.

Sementara itu, produsen makanan ternak Japfa Comfeed berencana meningkatkan harga untuk memitigasi risiko perlemahan nilai tukar. Perusahaan ini telah  melakukan hedging US$60 juta dari obligasi dolar senilai US$225 juta.

Japfa meyakini pendapatan operasional akan sama atau terkoreksi tipis pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Perusahaan mengimpor sekitar 55% hingga 60% bahan mentah.

Chief Financial Officer Japfa Comfeed Kevin Monteiro mengatakan pihaknya tidak melakukan hedging untuk keseluruhan surat utang dalam bentuk dolar AS. Sebagai gantinya, perusahaan melakukan lindung nilai terhadap biaya operasional dengan nilai lebih dari US$100 juta setiap tahun.

"Ini nilainya hampir sama dengan meng-hedge seluruh obligasi," ucapnya.

Monteiro juga menuturkan lebih dari separo pendapatan Japfa berupa rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : bloomberg.com

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper