Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HM Sampoerna Persempit Kisaran Harga Rights Issue

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. mempersempit kisaran harga pelaksanaan penerbitan saham baru (rights issue).

Bisnis.com, JAKARTA— PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. mempersempit kisaran harga pelaksanaan penerbitan saham baru (rights issue).

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) merevisi kisaran harga pelaksaanan setiap satu hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) menjadi saham baru menjadi Rp65.000-Rp77.000 per saham.

Sebelumnya, dalam prospektus yang dirilis perseroan, perseroan mengumumkan bakal menerbitkan 269,72 juta lembar saham baru melalui mekanisme rights issue dengan total perolehan dana maksimum US$1,9 miliar atau sekitar Rp26,7 triliun.

Total saham baru yang diterbitkan akan bernilai Rp100 per lembar. Ketentuannya, setiap pemegang 65 saham lama HMSP akan berhak atas 4 HMETD. Setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak 1 saham baru dengan harga pelaksanaan antara Rp63.000-Rp99.000 setiap lembar saham.

“Kami menyampaikan untuk mengubah rentang harga pelaksanaan satu HMED menjadi saham baru dari semula antara Rp63.000-Rp99.000 per saham menjadi Rp65.000-Rp77.000 per saham,” kata Corporate Secretary HMSP Ike Andriani dalam keterbukaan informasi, Senin (21/9).

Reza Priyambada, Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia mengatakan sudah sejak awal mempertanyakan alasan ditentukannya kisaran harga sekitar Rp63.000-Rp77.000. Dia menilai, rentang harga tersebut terlalu lebar dan secara psikologis membuat pelaku pasar menjadi kurang representative.

“Itu sangat lebar ya. Mungkin dari sisi investor juga belum tentu akan terserap maksimal, jadi melihat kondisi pasar, maka itu kisaran harga diturunkan,” kata Reza saat dihubungi Bisnis, Senin (21/9).

Selain itu, kata Reza, rights issue yang dilakukan HMSP juga terlihat tidak bertujuan untuk meningkatkan likuiditas di pasar modal lantaran kecilnya saham yang dilepas. “Kalau mereka berniat meningkatkan likuiditas, ya tidak hanya untuk memenuhi aturan free float saja,” tambahnya.

Sebagai informasi, PUT tahap pertama ini dilakukan untuk memenuhi ketentuan jumlah saham yang dimiliki pemegang bukan pengendali minimum 50 juta lembar atau 7,5% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Apabila PT Philip Morris Indonesia (PMID) tidak melaksanakan seluruh haknya dalam PUT, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya. Pemegang saham lama yang tidak menyerap rights issue akan terdilusi maksimum 5,8%.

Saat ini, pemegang saham HM Sampoerna terdiri dari PMID sebesar 98,18% dan publik hanya menggenggam 1,82%. Bila Philip Morris menyerap, maka struktur kepemilikan saham tidak akan mengalami perubahan.

Dana yang dihimpun dari rights issue tersebut rencananya akan digunakan untuk keperluan perseroan secara umum, serta untuk modal kerja, termasuk pembayaran sebagian fasilitas pinjaman modal kerja.

Adapun, perseroan sudah menunjuk Goldman Sachs dan JP Morgan Chase & Co sebagai kordinator global penawaran ini dan menunjuk Citigroup, Credit Suisse serta Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper