Bisnis.com, PALEMBANG – Pengusaha karet di Sumatra Selatan menilai peningkatan kualitas bahan olah karet milik petani merupakan cara utama untuk mendongkrak harga jual di tingkat petani serta memperbaiki citra komoditas itu di pasar dunia yang sudah terlanjur dicap kotor.
Asisten Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Nur Ahmadi, mengatakan persoalan kualitas bahan olah (bokar) karet dari petani itu sudah sangat kritis sehingga perlu diselesaikan.
“Mengapa petani selalu mencampur bokar [tidak murni] sehingga wajar saja jika petani hanya menerima harga jual senilai Rp6.500 – Rp7.000 per kilogram,” katanya, Kamis (17/9/2015).
Menurut Ahmadi pihaknya dapat memberi harga tinggi untuk kadar karet kering 100% dan sayangnya pabrik karet di Sumsel masih banyak menerima bokar dengan kadar 40%—50%.
Gapkindo Sumsel menyayangkan kualitas bokar kotor tersebut, padahal pihaknya sudah berupaya memberi pemahaman kepada petani agar menjaga kualitas panennya.
Menurut Ahmadi, pemerintah juga sudah mengeluarkan berbagai regulasi untuk mendorong peningkatan kualitas bokar petani.
Sementara itu Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumsel, Ekowati Retnaningsih, mengatakan sebetulnya pemerintah daerah sudah berupaya meningkatkan kualitas bokar milik petani di provinsi itu.
“Kami sudah lama melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk program bokar bersih,itu tugas kita bersama bagaimana komponen masyarakat dapat membuat bokar petani bersih,” katanya.