Bisnis.com, JAKARTA - IHSG berhasil mempertahankan momentum penguatan setelah ditutup naik 0,22% atau 9,23 poin ke level 4.237,73.
Sebelumnya, di akhir sesi I, Rabu (26/8/2015), indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di level 4.199,70, melemah 28,80 poin atau turun 0,68% dari level penutupan kemarin.
Saat membuka perdagangan, IHSGmelemah 0,65% atau turun 27,68 poin ke level 4.200,82.
IHSG berhasil mempertahankan momentum penguatan setelah ditutup naik 0,22% atau 9,23 poin ke level 4.237,73.
Indeks bursa Eropa kembali merosot pada awal perdagangan Rabu (26/8/2015) setelah kemarin mencatatkan kenaikan tertajam sejak 2011.
Indeks STOXX Europe 600, yang mengukur pergerakan 600 saham di berbagai bursa di Eropa, dibuka menguat 0,92% atau turun 3,29 poin ke level 353,07.
Pada pukul 14:17 WIB STOXX telah jatuh 2,52% atau merosot 8,98 poin ke level 347,38. Kemarin, STOXX mencatatkan kenaikan tertajam sejak 2011 dengan lonjakan 4,2%.
People Bank of China kemarin malam menurunkan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 25 basis poin ke 4,6% dan menurunkan girowajib minimum sebesar 50 basis poin.
STOXX jatuh mengikuti indeks Shanghai yang jatuh 4,3%, terus ditutup melemah dalam 5 hari berturut-turut. Indeks S&P merosot 1,4%, sedangkan indeks Nikke 225 melonjak 3,2%.
“Pergerakan antara kenaikan dan pelemahan mengindikasikan pasar belum tahu apa arti kebijakan PBoC,” kata Bernard Aw, dari IG Asia PTE Ltd di Singapura kepada Bloomberg.
Seluruh sektor industri mencatatkan pelemahan. Sektor pertambangan dan kesehatan membukukan penurunan palin tajam.
Produsen farmasi Novartis dan Roche Holding jatuh lebih dari 3%. Adapun Volkswagen AG merosot 2,3% setelah mengumumkan penurunan penjualan 5% pada 7 bulan pertama 2015 di pasar China.
Indeks KOSPI menguat tajam pada Rabu (26/8/2015) di saat pemerintah Korea Selatan mengumumkan rencana pemangkasan pajak.
Indeks KOSPI ditutup melonjak 2,57% ke level 1.894,09. Indeks terus menanjak sejak dibuka melemah 0,16% dan sempat menguat hingga 2,64% ke level 1.895,45.
IHSG hanya bergerak sejenak di zona hijau. Indeks kembali melemah 0,26% atau turun 10,82 poin ke level 4.217,68 pada pukul 14.20 WIB.
IHSG berhasil menanjak ke zona hijau pada awal perdagangan sesi II. IHSG menguat 0,15% atau naik 6,14 poin ke level 4.234,65 pada pukul 13.49 WIB.
Asing masih melanjutkan aksi jual di Bursa Efek Indonesia. “(IHSG) masih dalam pasca konsolidasi pasca naik kemarin. (Pada akhir sesi I), net sell Rp278,75 miliar,” kata William Surya WIjaya, kepala riset Asjaya Indosurya Securities.
Pelonggaran moneter China membuat rupiah makin tertekan dan menyeret IHSG ke zona merah sepanjang sesi I Rabu (26/8/2015).
IHSG melemah 0,68% atau 28,80 poin ke level 4.199,70 pada jeda siang. Indeks hari ini dibuka melemah 0,65% ke level 4.200,82 kemudian terus tertekan antara level 4.161,21—4.214,25.
Hanya 75 saham yang menguat dari 518 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Adapun 185 saham melemah dan 258 saham stagnan.
Muhammad Wafi, Analis Teknikal Bahana Securities mengatakan IHSG masih dibayangi tekanan depresiasi rupiah yang pada jeda siang BEI telah melemah menembus Rp14.100 per dolar AS.
Pelonggaran moneter China melalui penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin tidak berdampa positif pada IHSG. Langkah tersebut justru menambah tekanan pada rupiah melalui depresiasi yuan.
“Pelaku pasar belum confidence. Ada faktor lebih besar dari faktor China. Dari sisi rupiah melemah dan ekonomi belum ada perkembangan baik,” kata Wafi kepada bisnis.com.
Saham big cap memimpin pelemahan, terutama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang merosot 2,7% dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang turun 2,22%.
Namun, IHSG sedikit terbantu oleh kenaikan harga dua saham BUMN. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) melejit 6,49%, sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 0,79%.
Dari 9 indeks sektoral BEI yang terdaftar di Bloomberg, sebanyak 6 indeks sektoral melemah dan 3 indeks sektoral menguat. Indeks sektor agribisnis anjlok 2,57% setelah harga CPO jatuh ke level terendah sejak 2009.
Indeks Bisnis27 melemah 0,34% pada jeda siang ke level 345,64 setelah bergerak di antara level 340,46—347,59 pada sesi I.
IHSG mengakhiri perdagangan sesi I di level 4.199,70, melemah 28,80 poin atau turun 0,68% dari level penutupan kemarin.
Tekanan terhadap IHSG berkurang menjelang jeda siang. IHSG melemah 0,59% atau turun 25,13 poin ke level 4.203,37 pada pukul 11:12 WIB, setelah sempat anjlok hingga 1,59%.
Pergerakan indeks acuan bursa di Asia Tenggara variatif. Indeks KLCI Malaysia menguat 0,73%, indeks STI Singapura melemah 0,45%, sedangkan indeks SET Thailand menguat 0,16%.
Analis Riset dari Bahana Sekuritas, Muhammad Wafi, mengatakan depresiasi rupiah adalah faktor utama yang membuat IHSG kembali terkoreksi tajam.
"Ada faktor lebih besar dari faktor China. Rupiah melemah, ekonomi belum improvement baik. Pelaku pasar belum confidence," kata Wafi saat dihubungi hari ini, Rabu (26/8/2015).
IHSG telah jatuh 1,35% atau turun 56,96 poin ke level 4.171,55 pada pukul 09.40 WIB
IHSG dibuka melemah 0,65% atau turun 27,68 poin ke level 4.200,82.
HP Analytics mengemukakan indeks Nikkei Jepang pagi ini sempat berada di zona negatif, namun berhasil menguat.
Indeks Nikkei mengalami rebound dari pelemahan terburuk sejak tahun 2011.
Dikemukakan penguatan yang dipimpin oleh sektor utility, terjadi setelah Cina memangkas tingkat suku bunga.
“IHSG hari ini diperkirakan bergerak di kisaran 4.118— 4.357,” tulis HP Analytics dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (24/8/2015).
"Di tengah pesimisme pelaku pasar akan laju IHSG yang belum menemukan momentum kenaikannya dan harapan akan adanya rebound yang tak kunjung datang, laju IHSG secara tidak terduga mampu mengalami penguatan. Bahkan penguatan terjadi (saat) sebelumnya marak ulasan dan analisis yang menggambarkan seolah pasar saham, obligasi, dan valas terutama laju rupiah madesu (masa depan suram) dengan berbagai macam alasan dan teori. Ditambah lagi dengan ulasan yang menyamai kondisi saat ini seperti kondisi sebelumnya dari pergerakan historisnya. Ulasan yang kami nilai justru menambah kepanikan pasar tanpa adanya solusi untuk mengatasi kondisi pasar yang telah banyak melemah tersebut. Meski menguat, kami sementara ini menilai hanya sebatas faktor teknikal rebound. Pelaku pasar mencoba bottom fishing dengan alasan ambil barang murah di bawah. Teknikal rebound yang tidak terlalu didukung oleh sentimen yang ada a.l asing yang masih jualan, rupiah yang masih di zona merahnya meski melemah terbatas, hingga masih cenderung variatifnya kondisi pasar saham regional. Akibatnya setelah berbalik arah menyentuh level psikologisnya, secara intraday terlihat pergerakan IHSG cenderung mengendur," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada dalam risetnya.
Seperti dikutip Reuters, Rabu (26/8/2015), Dow Jones Industrial Average turun 204,91 poin atau 1,29% ke 15,666.44, S & P 500 kehilangan 25,59 poin atau 1,35% ke 1,867.62, dan Nasdaq Composite turun 19,76 poin atau 0,44% ke 4,506.49.