Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gejolak di Wall Street Mereda Setelah PBoC Pangkas Bunga

Saham di Wall Street berhenti merosot tajam pada penutupan perdagangan Selasa (25/8/2015) setelah Bank Sentral China (People Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga dan giro wajib minimum, sehingga meredakan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Bursa AS./Reuters
Bursa AS./Reuters

Bisnis.com, NEW YORK--Saham di Wall Street berhenti merosot tajam pada penutupan perdagangan Selasa (25/8/2015) setelah Bank Sentral China (People Bank of China/PBoC) memangkas suku bunga dan giro wajib minimum, sehingga meredakan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Seperti dikutip Reuters, Rabu (26/8/2015), Dow Jones Industrial Average turun 204,91 poin atau 1,29% ke 15,666.44, S & P 500 kehilangan 25,59 poin atau 1,35% ke 1,867.62, dan Nasdaq Composite turun 19,76 poin atau 0,44% ke 4,506.49.

Volume perdagangan cukup tinggi sekitar 10,4 miliar saham berpindah tangan sepanjang hari, dibandingkan dengan rata-rata data secara year to date 7,5 miliar, menurut BATS Global Markets. Namun, lebih rendah dari hari Senin yang mencapai 14 miliar saham.

Indeks Volatilitas CBOE Market mencapai pada 36, masih meningkat, mengindikasikan masih ada ketidakpastian yang signifikan, meskipun menurun dari hari sebelumnya dari 53,3, yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2009.

Saham global, minyak, dan mata uang semula sempat rebound setelah sempat terjerembab pada Senin (24/8/2015 ketika saham China jatuh hampir 9%. Beijing mengindahkan permintaan investor untuk melakukan intervensi, setelah Shanghai Composite Index merosot lagi pada Selasa (25/8/2015), namun indeks masih berakhir turun 7,6%.

Setelah Senin (24/8/2015) Wall Street sempat terjadi aksi jual - tertajam dalam empat tahun - beberapa investor mulai melakukan aksi beli. Namun, mereka tidak ingin memegang saham terlalu lama, karena takut berita buruk dari China.

"Orang-orang masih gugup tentang luar negeri dan apa yang mungkin terjadi malam ini. Tak seorang pun ingin duduk-duduk dan melihat apa yang terjadi," kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago. "Fundamental kami tidak seburuk seperti yang di China, sehingga akan logis untuk melihat kami reli. Tapi kami masih terikat peristiwa di Cina."

Para ekonom mengatakan respons China dengan memangkas suku bunga acuan 25 basis poin dan penurunan giro wajib minimum bank 50 basis poin mengirim sinyal jelas bahwa Beijing, masih memberikan sinyal untuk menjaga pertumbuhan dan otoritas masih bersedia untuk melakukan campur tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper