Bisnis.com, JAKARTA— Pelonggaran moneter China membuat rupiah makin tertekan dan menyeret IHSG ke zona merah sepanjang sesi I Rabu (26/8/2015).
IHSG melemah 0,68% atau 28,80 poin ke level 4.199,70 pada jeda siang. Indeks hari ini dibuka melemah 0,65% ke level 4.200,82 kemudian terus tertekan antara level 4.161,21—4.214,25.
Hanya 75 saham yang menguat dari 518 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Adapun 185 saham melemah dan 258 saham stagnan.
Muhammad Wafi, Analis Teknikal Bahana Securities mengatakan IHSG masih dibayangi tekanan depresiasi rupiah yang pada jeda siang BEI telah melemah menembus Rp14.100 per dolar AS.
Pelonggaran moneter China melalui penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin tidak berdampa positif pada IHSG. Langkah tersebut justru menambah tekanan pada rupiah melalui depresiasi yuan.
“Pelaku pasar belum confidence. Ada faktor lebih besar dari faktor China. Dari sisi rupiah melemah dan ekonomi belum ada perkembangan baik,” kata Wafi kepada bisnis.com.
Saham big cap memimpin pelemahan, terutama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang merosot 2,7% dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang turun 2,22%.
Namun, IHSG sedikit terbantu oleh kenaikan harga dua saham BUMN. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) melejit 6,49%, sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 0,79%.
Dari 9 indeks sektoral BEI yang terdaftar di Bloomberg, sebanyak 6 indeks sektoral melemah dan 3 indeks sektoral menguat. Indeks sektor agribisnis anjlok 2,57% setelah harga CPO jatuh ke level terendah sejak 2009.
Indeks Bisnis27 melemah 0,34% pada jeda siang ke level 345,64 setelah bergerak di antara level 340,46—347,59 pada sesi I.