Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah terdepresiasi bersama mayoritas mata uang Asia di saat investor global memindahkan dana ke mata uang safe haven seperti dolar AS dan yen Jepang.
Rupiah ditutup melemah 0,20% di Rp13.347 per dolar AS meski sempat tertekan hingga Rp13.365 per dolar AS di perdagangan pasar spot Senin (6/7/2015).
Mata uang Garuda terus tertekan pada kisaran Rp13.340—Rp13.365 per dolar AS setelah dibuka melemah 0,16% ke Rp13.341 per dolar AS.
Suara penolakan rakyat Yunani atas persyaratan dana talangan dari kreditor memperpanjang ketidakpastian di zona euro hingga membuat investor mencari aman dengan menarik dana ke aset berisiko terendah.
Dolar AS hari ini sempat menguat hingga 0,54%, sedangkan yen Jepang terapresiasi hingga 0,89%. Nilai tukar euro terhadap dolar AS hari ini merosot hingga 1,30%.
Namun, depresiasi rupiah tergolong moderat dibandingkan mata uang Asia lain. Pelemahan rupiah tidak setajam depresiasi baht, won atau ringgit yang hari ini paling terpuruk setelah merosot 0,79%.
Josua Pardede, ekonom dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) mengatakan pelemahan rupiah cenderung terbatas dan besok berpeluang rebound terbantu lelang SUN.
“Rupiah tidak turun signifikan. Jika ada efek langsung rupiah semestinya bisa melemah lebih dari sekarang ini,” kata Josua.
SUN juga cenderung stagnan di pasar sekunder. Obligasi RI bertenor 10 tahun hanya merosot 0,01% pada pukul 16.42 WIB dengan yield 8,200% .
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia hari ini terdepresiasi dari 13.316 per dolar AS ke Rp13.353 per dolar AS.
Adapun kurs tengah BI untuk mata uang euro hari ini ditetapkan di Rp14.750, terapresiasi 0,10% dibandingkan nilai tukar Rp14.765 per euro pada Jumat.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Nilai | Perubahan |
6/7/2015 | Rp13.347 | +0,20% |
3/7/2015 | Rp13.320 | -0,13% |
2/7/2015 | Rp13.337 | -0,09% |
1/7/2015 | Rp13.325 | +0,10% |
30/6/2015 | Rp13.339 | — |
sumber: Bloomberg