Bisnis.com, JAKARTA—Raksasa farmasi nasional PT Kalbe Farma Tbk. mengantisipasi perlemahan rupiah dengan menyiapkan modal kerja berdominasi dolar AS dan strategi product mix.
Sekretaris Perusahaan dan Direktur Keuangan Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan kondisi mata uang rupiah yang masih lemah terhadap dolar AS kian membebani biaya produksi perseroan.
Tahun ini emiten berkode KLBF tersebut menggunakan acuan Rp12.800-Rp13.000 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Rabu (27/5) rupiah berada di level Rp13.189 per dolar AS. "Dengan kurs yang sekarang biaya produksi naik sekitar 1%-2%," katanya kepada Bisnis, Rabu (27/5)
Vidjongtius menuturkan guna mengantisipasi kondisi tersebut perseroan akan menaikkan harga beberapa produk di lini bisnis obat bebas, minuman kesehatan, dan minuman berenergi. Adapun kisaran penaikan harga ini sekitar 3%-4%.
Selain menaikkan harga produk, perseroan juga melakukan lindung nilai alias hedging. Namun, menurut Vidjongtius strategi ini belum bisa meniadaka dampak depresiasi rupiah. Oleh karena itu KLBF juga menerapkan strategi produk mix yang beragam.
Selain diadang depresiasi rupiah, Kalbe juga mengkhawatirkan margin penjualan obat generik yang dinilai sangat tipis. Kendati demikian, pihaknya optimistis bisa mempertahankan margin laba di kisaran 16%-17%.