Bisnis.com, JAKARTA- Indeks harga saham gabungan Kamis (28/5) berpeluang konsolidasi menguat setelah diterpa sentimen negatif dari global pada perdagangan kemarin.
Pada perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 1,27% ke level 5.253,39. Indeks dibuka melemah 0,46% ke level 2.296,24 dan terus tertekan pada kisaran 5.253,39—5.315,50. Berdasarkan data rekapitulasi Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 86 saham naik, 203 saham turun, 86 saham tidak bergerak, dan 177 saham tidak ditransaksikan.
Adapun, investor membukukan transaksi sekitar Rp5,65 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp4,08 triliun dan transaksi negosiasi Rp1,48 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) senilai Rp360 miliar.
Hans Kwee, analis PT Investa Saran Mandiri mengatakan terkoreksi tajamnya IHSG pada perdagangan hari ini disebabkan oleh faktor global. Pertama, kerluarnya data Amerika Serikat yang sebagian besar menunjukkan hasil positif membuat suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diyakini naik tahun ini.
Data-data AS tersebut a.l dana pesanan barang modal non-pertahanan yang tumbuh 1% dan tumbuhnya penjualan rumah sepanjang April sekitar 6,8%.
Menurtnya, positifnya data AS tersebut membuat dollar AS menguat sehingga menekan bursa saham negara Asia lainnya. “Di Indonesia ditunjukkan dengan profit taking investor asing di pasar saham. Saham-saham komoditas juga terkoreksi,” kata Hans saat dihubungi Bisnis, Rabu (27/5).
Selain dari AS, faktor lain dari Yunani juga turut memberikan pengaruh. Menurutnya, statement dari Athena yang menyatakan membutuhkan dana darurat untuk membayar utang mengindikasikan kemungkinan bangkrutnya Yunani. “Ini bisa menyebabkan krisis Eropa melebar,” tambahnya.
Sementara, faktor dalam negeri tidak banyak memberikan pengaruh ke padas saham. Menurutnya, sejauh ini data ekonomi Indonesia cukup terkendali meskipun tren inflasi meningkat. “Besok berpeluang konsolidasi menguat. Sesudah jatuh dalam biasanya indeks rebound.”