Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA EMITEN BUMN Kuartal I: Laba Terkoreksi Tipis, Siapa Jawara?

Pertumbuhan pendapatan 19 emiten pelat merah pada kuartal pertama tahun ini mencapai 8,9% dengan perolehan laba bersih susut tipis 0,61% year-on-year.
Laba emiten BUMN turun tipis/ilustrasi
Laba emiten BUMN turun tipis/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA-- Pertumbuhan pendapatan 19 emiten pelat merah pada kuartal pertama tahun ini mencapai 8,9% dengan perolehan laba bersih susut tipis 0,61% year-on-year.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, sebanyak 19 dari 20 emiten badan usaha milik negara (BUMN) telah mengumumkan kinerja keuangan pada kuartal I/2015. Hanya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang masih belum merilis kinerja perseroan.

Secara keseluruhan, laba bersih emiten BUMN mencapai Rp21,9 triliun pada triwulan pertama tahun ini. Perolehan tersebut terkoreksi dari raihan pada periode yang sama tahun lalu Rp22,04 triliun.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. berhasil menduduki posisi puncak pertumbuhan laba bersih pada Januari-Maret tahun ini mencapai 113,61%. Emiten berkode saham KAEF tersebut mengantongi laba Rp49,9 miliar, meroket dari tahun lalu Rp23,36 miliar.

Pada posisi berlawanan, laba bersih emiten konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. merosot paling tajam hingga 63,29%. WIKA meraup laba bersih Rp61,5 miliar dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu Rp167,51 miliar.

Sementara itu, nilai rugi bersih yang dibukukan perusahaan milik negara menyusut 6,1% menjadi Rp832,43 miliar dari Rp886,65 miliar. Namun, jumlah emiten rugi bertambah menjadi empat perusahaan dari sebelumnya hanya tiga BUMN.

PT Timah (Persero) Tbk. menjadi pendatang baru dalam kelompok BUMN pencetak rugi tahun ini. TINS merugi Rp19,1 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini dari sebelumnya masih mengantongi laba bersih Rp95,02 miliar.

Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan Timah, mengatakan hingga 31 Maret 2015, perseroan berhasil menurunkan beban usaha Rp144,08 miliar. Namun, beban pokok pendapatan meningkat menjadi Rp1,2 triliun dari Rp911,96 miliar.

"Sampai kuartal pertama, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,36 triliun," ungkapnya belum lama ini.

Menurutnya, penurunan harga komoditas dunia sejak awal 2015 telah berdampak pada kinerja perseroan. Tetapi, pada paruh kedua tahun ini, harga komoditas diperkirakan akan pulih disertai dengan tumbuhnya ekonomi dunia yang dimotori oleh Amerika Serikat.

Pencetak rugi terbesar dilakukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. hingga mencapai Rp553,19 miliar. Kerugian KRAS terbilang turun 3,91% dibandingkan rugi bersih pada kuartal I/2014 sebesar Rp575,67 miliar.

Pada periode yang sama, seluruh BUMN yang telah melantai di pasar modal tersebut mengantongi total pendapatan sebesar Rp111,49 triliun. Perolehan tersebut naik 8,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp102,38 triliun.

Dua emiten konstruksi BUMN menjadi kunci peraih pertumbuhan sekaligus penurunan pendapatan tertinggi tahun ini. PT Waskita Karya (Persero) Tbk. tumbuh tertinggi 35,59% dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. terjerembab turun terendah 28,16%.

WSKT mengantongi pendapatan Rp1,4 triliun per 31 Maret 2015 dari tahun lalu Rp1,03 triliun.  Sebaliknya, WIKA meraup pendapatan Rp2 triliun, merosot dari tahun sebelumnya Rp2,79 triliun.

Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Hendi Prio Santoso mengatakan selama tiga bulan pertama tahun ini perseroan meraup laba bersih US$109,4 juta setara dengan Rp1,24 triliun, turun 38% dari US$176,97 juta. Pendapatan bersih PGN juga merosot 13,4% menjadi US$696,37 juta dari sebelumnya US$804,36 juta.

"Kondisi ekonomi global dan domestik mempengaruhi kinerja Perseroan untuk periode 31 Maret 2015. Hal ini menyebabkan turunnya penyerapan pemakaian gas oleh pelanggan industri dan pembangkit listrik," ungkapnya secara terpisah.

Laba operasi PGAS juga merosot menjadi US$152,5 juta dari sebelumnya US$211,52 juta. Laba sebelum pajak tercatat mencapai US$149,25 juta, jauh lebih rendah dari sebelumnya US$225,54 juta.

Penurunan laba sebelum pajak dikontribusi oleh membengkaknya beban keuangan perseroan dari US$6,66 juta menjadi US$21,61 juta. Perseroan juga membukukan rugi perubahan nilai wajar derivatif US$2,69 juta dari sebelumnya laba US$2,56 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper