Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Terjadi Lonjakan, Dipicu Serangan Arab Saudi ke Yaman

Harga minyak global naik pada Kamis (23/4/2015) atau Jumat (25/4/2015) WIB karena koalisi yang dipimpin Arab Saudi memperpanjang serangan udara di Yaman, memicu kekhawatiran baru tentang pasokan Timur Tengah yang kaya minyak.
Harga minyak global naik pada Kamis  (23/4/2015) atau Jumat (25/4/2015) WIB  karena koalisi yang dipimpin Arab Saudi memperpanjang serangan udara di Yaman./JIBI
Harga minyak global naik pada Kamis (23/4/2015) atau Jumat (25/4/2015) WIB karena koalisi yang dipimpin Arab Saudi memperpanjang serangan udara di Yaman./JIBI

Bisnis.com, NEW YORK -  Harga minyak global naik pada Kamis  (23/4/2015) atau Jumat (25/4/2015) WIB  karena koalisi yang dipimpin Arab Saudi memperpanjang serangan udara di Yaman, memicu kekhawatiran baru tentang pasokan Timur Tengah yang kaya minyak.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik US$1,58  menjadi ditutup pada US$57,74  per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, patokan global, melompat 2,12 dolar AS menjadi menetap pada US$64,85  per barel di perdagangan London.

"Pasar mungkin menarik dukungan dari dimulainya kembali serangan udara Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi di Yaman, karena meningkatnya risiko geopolitik membantu mengimbangi data PMI (indeks pembelian manajer) yang lebih lemah dari perkiraan dari Tiongkok dan zona euro," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Aliansi regional yang dipimpin Saudi pada Selasa menyatakan telah mengakhiri serangan udara terhadap pemberontak Houthi yang didukung Iran dan sekutu mereka, tetapi berjanji tetap memukul mereka dengan bom yang ditargetkan bila diperlukan.

Yaman bukan negara penghasil minyak utama, tetapi pantainya yang membentuk satu sisi Selat Bab el-Mandeb, merupakan pintu masuk strategis penting ke Laut Merah yang mengirimkan sekitar 4,7 juta barel minyak setiap hari di kapal-kapal menuju ke atau dari Terusan Suez.

"Peningkatan ketidakstabilan di sekitar Bab el-Mandeb bisa menahan kapal-kapal tanker di Teluk Persia untuk mencapai Terusan Suez atau Sumed Pipeline, mengalihkan mereka ke sekitar ujung selatan Afrika, menambah waktu transit dan biaya," Departemen Energi AS memperingatkan dalam sebuah laporan, Kamis.

"Selain itu, arus minyak ke selatan Eropa dan Afrika Utara bisa tidak lagi mengambil rute langsung ke pasar Asia melalui Terusan Suez dan kemudian ke Bab el-Mandeb." Evans mengatakan WTI tertinggal dari Brent karena masih di bawah tekanan kenaikan persediaan minyak mentah AS untuk pekan ke-15 berturut-turut, ke rekor 489.000 barel untuk kali tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Antara/AFP

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper