Bisnis.com, SEMARANG — Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan perolehan investor baru di pasar modal tahun ini bisa menembus angka 4.000 orang di wilayah Semarang dan sekitarnya.
Target itu sesuai dengan arahan BEI supaya dapat menggaet investor domestik menjelang pasar bebas Asean awal 2016.
Kepala Kantor BEI Perwakilan Semarang Stephanus Cahyanto Kristiadi mengatakan target investor baru yang berminat investasi di pasar modal akan membuka rekening efek dengan dana yang lebih ringan yakni Rp100.000.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ujarnya, investor harus memilik rekening efek setidaknya Rp25 juta. Dengan nilai investasi awal yang terjangkau semua kalangan, Stephanus menyakini target investor baru sebanyak 4.000 orang akan terealisasi dengan baik.
“Yang saat ini diminati investasi reksadana dan saham. Persentasenya di Semarang kami belum bisa mendata detail,” papar Stephanus kepada Bisnis, Rabu (22/4).
BEI Perwakilan Semarang mencatat realisasi investor baru pada 2014 bisa mencapai 3.500 orang. Adapun jumlah total akun investor pada 2013 mencapai 7.000 akun.
Stephanus mendorong masyarakat untuk berinvestasi melalui pasar modal didukung pihak sekuritas yang tercatat aktif di BEI Semarang. Dia menyakini banyak orang akan tertarik berinvestasi di pasar modal karena dukungan BEI meluncurkan program Gerakan Nasional Cinta (Genta) Pasar Modal Indonesia.
“Tahun lalu program itu diluncurkan di Jakarta. Tahun ini akan diluncurkan di Surabaya dan DIY,” paparnya.
Dalam menggaet investor baru, ujarnya, tidak ada batasan dari sisi pendidikan maupun profesi. Hanya saja, akun baru bisa dilakukan dengan syarat yang bersangkutan sudah memiliki kartu tanda penduduk.
Target itu sesuai dengan arahan BEI supaya dapat menggaet investor domestik menjelang pasar bebas Asean awal 2016.
Kepala Kantor BEI Perwakilan Semarang Stephanus Cahyanto Kristiadi mengatakan target investor baru yang berminat investasi di pasar modal akan membuka rekening efek dengan dana yang lebih ringan yakni Rp100.000.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ujarnya, investor harus memilik rekening efek setidaknya Rp25 juta. Dengan nilai investasi awal yang terjangkau semua kalangan, Stephanus menyakini target investor baru sebanyak 4.000 orang akan terealisasi dengan baik.
“Yang saat ini diminati investasi reksadana dan saham. Persentasenya di Semarang kami belum bisa mendata detail,” papar Stephanus kepada Bisnis, Rabu (22/4).
BEI Perwakilan Semarang mencatat realisasi investor baru pada 2014 bisa mencapai 3.500 orang. Adapun jumlah total akun investor pada 2013 mencapai 7.000 akun.
Stephanus mendorong masyarakat untuk berinvestasi melalui pasar modal didukung pihak sekuritas yang tercatat aktif di BEI Semarang. Dia menyakini banyak orang akan tertarik berinvestasi di pasar modal karena dukungan BEI meluncurkan program Gerakan Nasional Cinta (Genta) Pasar Modal Indonesia.
“Tahun lalu program itu diluncurkan di Jakarta. Tahun ini akan diluncurkan di Surabaya dan DIY,” paparnya.
Dalam menggaet investor baru, ujarnya, tidak ada batasan dari sisi pendidikan maupun profesi. Hanya saja, akun baru bisa dilakukan dengan syarat yang bersangkutan sudah memiliki kartu tanda penduduk.
Stephanus menambahkan saat ini BEI juga membuka Galeri Investasi di perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta yang ada di masing-masing kota/kabupaten.
“Mahasiswa bisa langsung berinvestasi. Dalam satu kampus bisa menggaet investor baru sekitar 500 orang, ada juga yang 100 orang. Sudah saatnya mahasiswa tidak hanya tahu dari teori, tapi harus terjun,” ujarnya.
Dia mengakui bagi investor pemula dari kalangan mahasiswa masih tertarik untuk berinvestasi, belum merambah ke trading. Kendati demikian, lanjutnya, mahasiswa yang didominasi kawula muda sudah semestinya berani berinvestasi di pasar modal.
Stephanus membeberkan jenis investasi yang terjangkau kalangan mahasiswa dan cenderung tumbuh yakni sektor infrastruktur, bank dan properti.
Presiden Direktur Phintraco Securities, Jeffrey Hendrik mengakui jumlah investor pasar modal di Indonesia masih sangat sedikit. Pihaknya menyebutkan dari sekitar 240 juta jumlah penduduk, baru 400.000 yang berinvestasi di bursa. Adapun jumlah perusahaan yang telah melantai di bursa sebanyak 506 emiten.
“Jika investor belum bertumbuh, dalam empat hingga lima tahun ke depan, kita tidak akan punya investor lokal,” tutur Jeffrey.
“Mahasiswa bisa langsung berinvestasi. Dalam satu kampus bisa menggaet investor baru sekitar 500 orang, ada juga yang 100 orang. Sudah saatnya mahasiswa tidak hanya tahu dari teori, tapi harus terjun,” ujarnya.
Dia mengakui bagi investor pemula dari kalangan mahasiswa masih tertarik untuk berinvestasi, belum merambah ke trading. Kendati demikian, lanjutnya, mahasiswa yang didominasi kawula muda sudah semestinya berani berinvestasi di pasar modal.
Stephanus membeberkan jenis investasi yang terjangkau kalangan mahasiswa dan cenderung tumbuh yakni sektor infrastruktur, bank dan properti.
Presiden Direktur Phintraco Securities, Jeffrey Hendrik mengakui jumlah investor pasar modal di Indonesia masih sangat sedikit. Pihaknya menyebutkan dari sekitar 240 juta jumlah penduduk, baru 400.000 yang berinvestasi di bursa. Adapun jumlah perusahaan yang telah melantai di bursa sebanyak 506 emiten.
“Jika investor belum bertumbuh, dalam empat hingga lima tahun ke depan, kita tidak akan punya investor lokal,” tutur Jeffrey.
Dengan minimnya investor lokal yang bermain di pasar modal, ujarnya, bakal menjadi peluang bagi investor asing untuk dapat meraup keuntungan berlebih. Oleh karena itu, pihaknya meminta kaum terdidik yang dimulai dari kampus turut menjadi investor baru.
Jeffrey mengatakan sosialisasi pasar modal di sejumlah perguruan tinggi sangat penting mengingat peluang investasi pasar modal telah tersedia dalam kurikulum.
“Semua bisa terlibat, baik mahasiswa, dosen maupun karyawan yang bekerja di kampus,” ujarnya.
Kalangan akademis, ujarnya, merupakan kelompok yang memiliki latar belakang mendukung, yakni kecakapan penggunaan teknologi serta keterbukaan menerima informasi dan pengetahuan baru.
Apalagi, saat ini untuk memiliki akun rekening efek tidak perlu mengeluarkan dana dalam nominal cukup banyak. Dia menerangkan investasi saat ini tidak seperti dahulu.
“Dulu, orang mau berinvestasi harus punya rekening efek setidaknya Rp 25 juta; belum lagi biaya transaksi tinggi dan jaminan keamanan aset yang tak pasti. Sekarang, dengan uang Rp 100.000/bulan sudah bisa. Ditambah pengawasan dilakukan oleh OJK, bursa efek, dan auditor,” papar dia.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Jawa Tengah dan DIY Y Santoso Wibowo mengatakan sekarang ini orang takut berinvestasi lantaran khawatir merugi. Padahal, semua investasi akan merugi jika pengelolaan tidak dilakukan secara benar.
“Investasi itu jangan dilihat dalam kurun lima sampai enam tahun , tapi jauh ke depan pasti akan menguntungkan,” ujarnya.
“Semua bisa terlibat, baik mahasiswa, dosen maupun karyawan yang bekerja di kampus,” ujarnya.
Kalangan akademis, ujarnya, merupakan kelompok yang memiliki latar belakang mendukung, yakni kecakapan penggunaan teknologi serta keterbukaan menerima informasi dan pengetahuan baru.
Apalagi, saat ini untuk memiliki akun rekening efek tidak perlu mengeluarkan dana dalam nominal cukup banyak. Dia menerangkan investasi saat ini tidak seperti dahulu.
“Dulu, orang mau berinvestasi harus punya rekening efek setidaknya Rp 25 juta; belum lagi biaya transaksi tinggi dan jaminan keamanan aset yang tak pasti. Sekarang, dengan uang Rp 100.000/bulan sudah bisa. Ditambah pengawasan dilakukan oleh OJK, bursa efek, dan auditor,” papar dia.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Jawa Tengah dan DIY Y Santoso Wibowo mengatakan sekarang ini orang takut berinvestasi lantaran khawatir merugi. Padahal, semua investasi akan merugi jika pengelolaan tidak dilakukan secara benar.
“Investasi itu jangan dilihat dalam kurun lima sampai enam tahun , tapi jauh ke depan pasti akan menguntungkan,” ujarnya.