Bisnis.com, JAKARTA—PT Kimia Farma Tbk. berencana mengerek harga jual sejumlah produk yang memiliki margin tipis akibat pelemahan rupiah.
Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk. Rusdi Rosman mengatakan jika nilai tukar rupiah tetap bertahan di kirasan Rp12.500 per dolar Amerika Serikat, perseroan akan menaikkan harga jual produk di kuartal I tahun ini.
Kebijakan ini terutama akan diterapkan terhadap produk-produk yang marginnya sudah sangat tipis atau bahkan sudah merugi. “Mungkin sekitar 40 produk yang akan kami naikkan harganya,” katanya kepada Bisnis, Selasa (10/2/2015).
Rusdi menambahkan, besaran penaikan harga ini akan mengikuti pergerakan mata uang rupiah. Kendati demikian, dia memprediksi kisarannya antara 5%-10%.
Menurutnya, depresiasi rupiah bukan satu-satunya faktor yang membuat KAEF mengambil kebijakan tersebut. Kenaikan tarif dasar listrik dan upah buruh juga menjadi salah satu pertimbangan perseroan.
Pada tahun ini, Kimia Farma sebenarnya sudah mengantisipasi pelemahan rupiah dengan menggunakan acuan Rp12.500 di rancangan kerja anggaran perusahaan (RKAP). Namun, Rusdi mengakui patokan tersebut masih terlalu besar bagi emiten farmasi pelat merah ini.
Di sisi lain, Kimia Farma juga berencana menggenjot poduk-produk yang memiliki margin laba tinggi seperti stem cell, obat kanker, dan obat branded lainnya.
Produk-produk ini rata-rata memiliki marjin sekitar 40%. Maklum, selama ini KAEF memang fokus menjual obat generik yang memiliki margin tipis.