Bisnis.com, JAKARTA— Kendati reksa dana berbasis efek asing dianggap menarik, manajer investasi mengkhawatirkan faktor perpajakan dan selisih kurs mata uang dalam produk tersebut.
Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan tengah menggodok aturan yang akan memperbesar porsi efek asing di reksa dana dari sebelumnya minimal 15% terhadap total portofolio. Rencana ini disikapi beragam oleh manajer investasi (MI).
Direktur Utama PT Trimegah Asset Megement Denny R. Thaher mengatakan salah satu kendala utama reksa dana berbasis efek asing terkait dengan selisih mata uang yang akan terjadi. Pasalnya, pembukuan reksa dana selama ini hanya bisa diterapkan dalam mata uang rupiah, dolar Amerika Serikat, dan euro. Sementara jika porsi efek asing reksa dana diperbesar, MI akan mencoba efek di berbagai negara dengan mata uang yang berbeda.
“MI dan OJK harus duduk bareng untuk menyelesaikan masalah ini. Karena meskipun produknya menarik, tetapi eksposur selisih currency ini bisa berbahaya buat industri,” katanya kepada Bisnis.
Denny menambahkan, reksa dana berbasis efek asing ini sebenarnya menarik dipasarkan karena memberikan alternatif instrumen investasi bagi calon investor. Namun, jika solusi selisih mata uang ini tidak bisa ditemukan, produk ini akan dihindari manajer investasi. Menurutnya kebijakan lindung nilai alias hedging bisa menjadi salah satu solusinya.