Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga tembaga diperkirakan masih akan tertekan sepanjang semester I/2015 sebelum akhirnya berpotensi melejit pada semester II/2015.
Pada perdagangan sampai pukul 08:30 WIB, harga tembaga berjangka di New York Commodity Exchange (COMEX) turun 0,39% menjadi US$2,58 per pon,
Lalu, sampai penutupan perdagangan kemarin harga tembaga pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,32% menjadi US$5.690 per metrik ton.
Ibrahim, analis PT Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan harga tembaga masih berpotensi tertekan sepanjang 2015 karena secara umum ekonomi global masih akan melambat.
“Apalagi terakhir data ekonomi China bisa disebut stagnan, belum lagi nanti pada April nanti Federal Reserve (The Fed) naikkan suku bunga yang bisa menambah tekanan harga tembaga. Saya prediksi harga tembaga berpotensi jatuh ke level US$5.000,” ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (20/1/2015).
Sementara itu, di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi masih melambat di tahun ini. Morgan Stanley memproyeksikan harga tembaga akan menguat 24% dan menutup tahun ini di level US$7.049 per metrik ton.
Lalu, tembaga pengiriman tiga bulan berhasil menguat di tengah data ekonomi China yang disebut stagnan atau melambat walaupun perlambatannya tidak seburuk estimasi sebelumnya.
Jeffrey Friedman, Broker RJO Futures, mengatakan ada optimisme pasar tembaga pasca data pertumbuhan ekonomi China kemarin.
“Beberapa investor berspekulasi potensi peningkatan permintaan tembaga cukup besar pada tahun ini,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Rabu (21/01/2015).
Naeem Aslam, analis Avatrade Ltd., mengatakan pasar tembaga optimis setelah data produksi industri China hasilnya cukup baik, meskipun dari segi pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Bruto (PDB) memang belum begitu baik.
Kemarin, China merilis data pertumbuhan ekonomi sepanjang 2014 tumbuh sebesar 7,4%, sedangkan PDB untuk kuartal IV/2014 tumbuh sebesar 7,3%. Lalu, produksi industri China tumbuh 7,9%.