Bisnis.com, NEW YORK– Dolar Amerika Serikat melanjutkan penguatan di atas spekulasi the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga tahun ini, sementara bank sentral lainnya memperpanjang langkah stimulus.
Mata uang AS menguat, melawan 16 mata uang utama pada 2014 dan memperpanjang keuntungan hari ini karena dua indeks manufaktur menandakan ekspansi.
Euro merosot ke level terendah selama 4,5 tahun terakhir setelah Presiden European Central Bank Mario Draghi mengatakan dia tidak dapat menghindari risiko deflasi dan mengisyaratkan kemungkinan peningkatan pelonggaran kuantitatif.
Franc Swiss melemah terhadap dolar untuk pertama kali dalam empat tahun dan poundsterling jatuh seiring produksi Inggris yang melambat.
“Hari ini adalah perdagangan pertama di AS dan dolar menguat,” kata Jonathan Lewis, manajer uang pada Samson Capital Advisors LLC yang berbasis di New York, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (3/1/2014). Untuk euro, “apa yang sangat memengaruhi aksi jual mata uang saat ini adalah komentar Mario Draghi soal QE.”
The Bloomberg Dollar Spot Index yang melacak nilai tukar mata uang AS terhadap 10 mata uang utama, naik 0,9% menjadi 1.141,02 pada pukul 05.00 waktu New York, penutupan tertinggi sejak Maret 2009. Indeks itu naik 11% tahun lalu, lesatan tertinggi jika melihat data 2005.
Dolar menguat 0,8% menjadi US$1,2002 per euro setelah terapresiasi ke US$1,2001, level terkuat sejak Juni 2010. Mata uang AS itu juga menguat 0,6% menjadi 120,5 yen. Euro terapresiasi 0,2% menjadi 144,63 yen.
Pasar keuangan di China, Jepang, Selandia Baru, Filipina, Taiwan, dan Thailand, tutup hari ini. (Bisnis.com)
