Bisnis.com, SINGAPURA - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Jumat, setelah kartel minyak OPEC memangkas proyeksi permintaan global jangka panjang, sementara dolar yang lebih kuat juga menekan harga, kata para analis.
Kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 36 sen menjadi US$77,55, sementara minyak mentah Brent untuk Desember turun 52 sen menjadi US$82,34 dalam perdagangan sore.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan dalam prospek global tahunannya pada Kamis bahwa permintaan untuk minyak mentah akan jatuh dari sedikit di atas 30 juta barel per hari pada 2013 menjadi 28,2 juta barel pada 2017, sebelum mulai bangkit kembali.
Kelompok 12 negara itu mengatakan Amerika Serikat dan Kanada adalah pendorong utama pertumbuhan produksi minyak non-OPEC, sebagian karena produksi minyak serpih.
United Overseas Bank Singapura mengatakan "harga minyak mentah AS dan global memulai kembali penurunannya" setelah rilis laporan, menambah kerugian besar awal minggu ini karena pemotongan harga oleh Arab Saudi.
Harga juga di bawah tekanan dari dolar AS yang lebih kuat.
Dolar AS dibeli 115,31 yen pada akhir perdagangan sesi pagi Asia, dari 115,16 yen di New York pada Kamis sore. Greenback telah melonjak terhadap yen sejak Jumat lalu, ketika bank sentral Jepang (BoJ) memperluas program stimulusnya.
Sebuah penguatan greenback membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar seperti minyak lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, yang pada gilirannya cenderung untuk memukul permintaan dan harga.
Investor juga mengawasi rilis data penggajian (payroll) non pertanian AS untuk Oktober pada Jumat yang diharapkan melukiskan sebuah gambaran optimis dari ekonomi AS.
Klaim pengangguran awal turun 10.000 menjadi 278.000 untuk pekan ini yang berakhir 1 November, tingkat terendah dalam 14 tahun, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Kamis.
"Data klaim pengangguran mingguan yang sangat positif memperkuat harapan untuk potensi laporan pekerjaan AS Oktober yang kuat hari ini yang bisa membawa perkiraan kenaikan suku bunga lebih awal," kata UOB.