Bisnis.com, TOKYO - Menguatnya spekulasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve semakin membuat Pemerintah Jepang pasrah terhadap laju depresiasi nilai tukar yen. Yen diprediksi berpotensi melemah hingga 120 terhadap dolar.
Penasihat Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Kozo Yamamoto menyampaikan perlemahan yen hingga ke level 110-120 terhadap dolar merupakan hal yang normal, jika kelak The Fed menaikkan mengimplementasikan pengetatan.
"Tidak bisa dielakkan, yen akan semakin lemah jika Amerika Serikat menarik stimulusnya," ungkap Yamamoto di Tokyo, Rabu (8/10/2014).
Sebelumnya, Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda menyampaikan bahwa sulit untuk mengendalikan laju perlemahan yen, mengingat nilai tukar mata uang suatu negara juga amat bergantung pada situasi eksternal.
Untuk meminimalkan dampak negatif, BoJ Selasa lalu mempertahankan stimulus. Sejauh ini, perlemahan yen telah melukai pendapatan korporasi skala kecil-menengah. Adapun, korporasi skala besar yang beroperasi di luar negeri didorong untuk dapat mengambil keuntungan dari situasi ini.
Sementara itu, Yamamoto menyampaikan ia ingin Abe menunda penaikan pajak penjualan kedua mengingat hingga saat ini daya belanja rumah tangga belum kunjung pulih.
Kenaikan pajak penjualan sebaiknya ditunda hingga April 2017. Di level keputusan saja, hal tersebut dapat memengaruhi sentimen belanja masyarakat, ungkap Yamamoto. Ia menggarisbawahi pentingnya pemerintah dan parlemen Jepang untuk tidak mengintrvensi keputusan BoJ.