Bisnis.com, JAKARTA - Emiten industri bubur kertas PT Toba Pulp Lestari meraih pinjaman meraih pinjaman dari Pinnacle Company Limited sebesar US$30 juta setara dengan Rp366 miliar.
Anwar Lawden, Direktur sekaligus Corporate Secretary Toba Pulp Lestari, mengatakan penandatanganan perjanjian pinjam meminjam itu dilakukan pada 3 Oktober 2014. Pinjaman tersebut dikategorikan ke dalam transaksi afiliasi karena PCL menggenggam 90,45% saham perseroan.
"Transaksi tersebut merupakan transaksi material dimana nilai dari transaksi adalah lebih dari 20% dari jumlah ekuitas perseroan sebesar US$126,7 juta berdasarkan laporan keuangan tahun lalu," tulisnya dalam laporan kepada Bursa Efek Indonesia, Selasa (7/10/2014).
Pinjaman tersebut akan digunakan untuk pembayaran uang muka kepada DP Marketing International Limited (DPM) sebesar Rp30 juta yang akan jatuh tempo pada 31 Oktober 2014.
Alasan DPM meminta pengembalian uang muka yang telah dibayar adalah cash flow obligation dari pihak DPM. Sedangkan permintaan pengembalian atas sebagian uang muka tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan dan persyaratan dalam sales contract.
Dia mengungkapkan, perseroan tidak memiliki dana tunai yang cukup untuk memenuhi kewajiban membayar uang muka DPM hingga tanggal jatuh tempo. Bila perseroan membayar uang muka tersebut, maka akan memiliki defisit kas dan setara kas sebesar US$9,42 juta pada akhir tahun.
Selama ini, DPM melakukan pembayaran uang muka terlebih dahulu dan pengiriman produk baru dilakukan 6 bulan kemudian. Kondisi tersebut membuat adanya akumulasi uang muka DPM yang dicatat sebagai penerimaan di muka pada laporan keuangan yang mencapai US$49,08 juta.
Pinjaman yang diperoleh dari PCL, sambungnya, memiliki grace periode pembayaran pokok selama 8 tahun. Pinjaman tersebut diproyeksikan membuat perseroan masih memiliki kas dan setara kas yang positif pada akhir tahun dan dapat dimanfaatkan untuk modal kerja.
Perseroan mendapat pinjaman PCL dengan bunga sebesar LIBOR +3,5% dengan tingkat bunganya 4,5%/tahun. Beban bunga ini dinilai lebih kecil dibandingkan rerata bunga bank secara umum yang mencapai 6%.
Pihaknya memproyeksikan dengan diperolehnya pinjaman dari PCL, perseroan dapat meraup penjualan bersih US$131,88 juta pada tahun ini. Kemudian secara berturut-turut US$129,14 juta (2015), US$131,39 juta (2016), US$133,79 juta (2017), dan US$136,24 juta (2018).
Emiten berkode saham INRU ini juga memerkirakan perolehan laba bersih sebesar US$12,55 juta pada 2014. Kemudian secara berturut-turut mencapai US$10,99 juta (2015), US$12,12 juta (2016), US$11,44 juta (2017), dan US$10,85 juta (2018).