Bisnis.com, MELBOURNE - West Texas Intermediate dan minyak mentah Brent turun untuk hari kedua akibat output industri China bertumbuh di laju terlemah sejak krisis keuangan global.
Futures turun sebanyak 1,8% di New York dan 0,9% di London. Produksi pabrik naik 6,9% dari tahun sebelumnya pada Agustus, demikian Biro Statistik Nasional mengatakan 13 September di Beijing.
Pada Juli, angka produksi pabrik bertumbuh 9%, adapun estimasi media dalam survei Bloomberg News di level 8,8%.
Menurut perusahaan milik negara National Oil Corp., produksi minyak mentah di Libya meningkat menjadi 870.000 barel per hari.
"Kabar besar adalah data dari China," kata Ric Spooner, analis utama di CMC Markets di Sydney, melalui telepon.
"Ini berarti berpotensi memoderasi daerah lain dalam permintaan minyak secara keseluruhan. Kami berada dalam situasi di mana permintaan, skenario penyediaan cukup lemah dan pasar dihadapkan pada angka premi yang lebih besar."
WTI untuk pengiriman Oktober turun sebanyak US$1,64 ke US$90,63 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange dan berada di level US$91,18 pada pukul 11:23 pagi waktu Sydney. Kontrak turun 1,1% pekan lalu.
Volume semua kontrak berjangka yang diperdagangkan sekitar 381% di atas rata-rata 100 hari. Harga telah turun 7,4% tahun ini.
Brent untuk pengiriman Oktober, yang berakhir hari ini, turun sebanyak 90 sen menjadi US$96,21 per barel di ICE Futures exchange London Eropa. Kontrak November yang lebih aktif turun 64 sen menjadi US$97,32. Patokan minyak mentah Eropa dengan premi sebesar US$ 5,94 untuk WTI.
Output pabrik Cina berada pada level kecepatan bulan tunggal paling lambat di luar masa liburan Tahun Baru Imlek pada Januari dan Februari sejak Desember 2008, berdasarkan angka yang dilaporkan sebelumnya dikumpulkan Bloomberg.