Bisnis.com, JAKARTA—PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (BORN) menargetkan produksi batu bara anak usahanya, PT Asmin Koalindo Tuhup sebesar 1,8 juta ton tahun ini. Meski demikian, sampai sekarang pemerintah melalui Dirjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM hanya menyetujui 1.021.824 juta ton.
Hingga akhir Juli 2014, produksi batu bara Asmin Koalindo Tuhup (AKT) telah mencapai 860.726 ton. Manajemen Borneo Lumbung menyatakan AKT tetap melakukan aktivitas operasionalnya.
Namun, dengan kondisi saat ini yang kurang kondusif di mana permintaan atas batu bara di pasar sangat minim sementara suplainya sangat tinggi, mengakibatkan turunnya harga batu bara.
“Sehingga manajemen berpendapat untuk menurunkan produksi dan menangguhkan ekspansi perseroan,” ungkap manajemen Borneo Lumbung menjawab pertanyaan otoritas bursa dalam keterbukaan informasi seperti dikutip, Minggu (7/9/2014).
Jika kondisi harga batu bara telah meningkat, maka perseroan akan mempertimbangkan untuk kembali meningkatkan produksinya.
Manajemen juga menyatakan hingga kini perseroan masih mempertimbangkan rencana penjualan saham AKT. Tahap negosiasi dengan para potential buyer masih tetap berlangsung. “Kami masih menunggu waktu yang tepat untuk merealisasikan rencana tersebut,” ungkap manajemen.
Saat ini, Borneo Lumbung masih memiliki 99,99% dari seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor AKT. Jika divestasi saham AKT jadi dilakukan, maka perseroan akan tetap mempertahankan posisi sebagai pemegang saham pengendali di AKT.
Adapun AKT memiliki tambang batu bara kokas (coking coal) yang berlokasi di Kecamatan Murung Raya, Kabupaten Muara Teweh, Kalimantan Tengah.