Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit diyakini akan rebound dari level terendahnya dalam lima tahun terakhir, seiring dengan peningkatan permintaan dan suplai kedelai, yang bisa jadi subtitusi komoditas itu, terserap pasar.
Franki Anthony Dass, Wakil Presiden Eksekutif Sime Darby Bhd (SIME) yang merupakan produsen minyak kelapa sawit berbasis di Malaysia, meyakini harga komoditas tersebut akan naik kembali pada Oktober-November 2014.
“Panen kedelai akan segera turun. Untuk penggunaan makanan dan non-makanan, fleksibilitas dimiliki oleh kelapa sawit, sehingga permintaan akan kembali,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Selasa (2/9/2014).
Harga kelapa sawit terjerembap pada Juli 2014 menyusul pembengkakan suplai global minyak nabati, termasuk rekor panen kedelai di bursa berjangka AS yang juga jatuh ketika perkiraan permintaan untuk bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) meleset.
Selain itu, ramalan potensi terjadinya badai El-Nino, yang bisa mengganggu suplai dari Indonesia dan Malaysia selaku produsen terbesar kelapa sawit, juga berkurang.
“Hal yang bagus adalah saat ini impor dari China bertumbuh, sementara India stagnan. Hal itu cukup mengkhawatirkan. India dan Pakistan harus mulai membeli (kelapa sawit),” kata Dass.
Kontrak berjangka di Bursa Derivatif Malaysia, yang menjadi acuan global, turun menjadi 1.914 ringgit per metrik ton, level terendah sejak Maret 2009, sebelum rebound 0,5% menjadi 1.939 ringgit pada pukul 11.04 waktu setempat. Hal ini memangkas kerugian 2014 menjadi 27%.