Bisnis.com, JAKARTA - Pendapatan PT Elnusa Tbk. (ELSA) pada semester I/2014 meningkat tipis 2,03% menjadi Rp2,01 triliun dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu Rp1,97 triliun.
Kontributor terbesar pendapatan pada 6 bulan pertama tahun ini yakni jasa hulu migas terintegrasi dengan pihak berelasi senilai Rp754,63 miliar. Kontributor besar lain yakni jasa hulu migas terintegrasi dengan pihak ketiga senilai Rp518,71 miliar.
Pendapatan dari pihak ketiga pada semester I tahun ini melorot 21,54% menjadi Rp784,56 miliar dari periode sama tahun lalu senilai Rp1 triliun. Adapun, pendapatan dari pihak berelasi terkerek 27,42% menjadi Rp1,23 triliun dari semester I/2013 senilai Rp965,32 miliar.
"Pencapaian semester I/2014 ini memperlihatkan bahwa konsolidasi sepanjang 2013 melalui pemetaan kembali bisnis perseroan, fokus ke bisnis inti yang memiliki marjin tinggi, serta program rejuvenating key values dari perusahaan mulai terlihat hasilnya," kata Fajriyah Usman, Vice President of Corporate Secretary Elnusa, dalam keterbukaan informasi, Rabu, (23/7/2014).
Pada semester I ini, ELSA mampu meroketkan laba bersih sebesar 114,03% menjadi Rp178,29 miliar dari semester I/2013 senilai Rp83,3 miliar. Namun, EBITDA merosot 2,89% menjadi Rp310,18 miliar dari semester I/2013 senilai Rp319,41 miliar. Pada semester I tahun ini dibandingkan dengan semester I/2013, marjin EBITDA perseroan 15% dan 16%, sedangkan marjin laba bersih 9% dan 4%.
Marjin laba bersih meningkat karena pada semester I tahun ini perseroan membukukan laba atas penjualan aset tanah sebesar Rp87 miliar. Penjualan aset tanah merupakan bentuk optimalisasi unproductive asset. Hasil penjualannya dapat dilimpahkan sebagai tambahan investasi ke aset lain yang lebih produktif nantinya.
Di akhir semester I/2014, posisi kas bersih hasil operasi Elnusa senilai Rp336 miliar, sedangkan kas dan setara kas Rp1,14 triliun. Sejak triwulan III/2013 ELSA tidak memiliki utang modal kerja lantaran telah dilunasi sepenuhnya. Adapun, utang bank saat ini tercatat Rp397 miliar, turun 55% dari periode sama tahun lalu.
"Hal tersebut disebabkan pembayaran utang bank dipercepat lebih dari US$19 juta sepanjang 2014," kata Fajriyah.