Bisnis.com, JAKARTA – Awal pekan ini kurs tengah rupiah kembali menguat 0,84% di level Rp11.787 terhadap dolar AS dibandingkan akhir pekan lalu, Jumat (4/7/2014) di level Rp11.887 terhadap dolar AS. Penguatan rupiah ini di tengah melemahnya mayoritas nilai tukar mata uang Asia-Pasifik terhadap Dolar AS.
Data Asia-Pasicif Currencies dari Blommbergmenunjukkan hanya ada tiga mata uang asing yang menguat terhadap dolar AS, yakni Renmimbi China sebesar 0,02%, Yen Jepang sebesar 0,18%, dan yang paling kuat Rupiah sebesar 1,35%.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo penguatan kondisi nilai tukar rupiah dipengauruhi faktor non teknis terlebih perkembangan politik Indonesia. “Secara umum tidak ada sesuatu yang khusus. Jadi ini sifatnya hanya sementara dan sifatnya nonteknis,” ujarnya di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Ketika ditanya soal intervensi BI, Agus hanya mengatakan BI selalu ada di pasar dan hadir untuk menjaga volatilitas. Namun, dia enggan mengatakan sampai di level mana kurs rupiah dijaga.
Dia pun menyatakan ada perkembangan current account deficit yang menunjukkan perbaikan lewat adanya surplus neraca perdagangan non migas. Selain itu, BI, lanjut dia, juga mengikuti inflasi yang sudah menuju yang tingkat yang normal. “Target sesuai yang diharapkan. BI akan ada di pasar.”