Bisnis.com, JAKARTA--Sejumlah ekonom memprediksikan mata uang garuda akan bertengger di kisaran Rp11.800--Rp12.000 dalam sepekan ke depan.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan rupiah selama sepekan terakhir telah menguat plus minus 1% terhadap dolar AS didorong oleh rilis data inflasi juni dan neraca perdagangan Mei yg positif.
"Sepekan ke depan rupiah cenderung tidak stabil menjelang pemilu presiden, dimana dengan ketatnya elektabilitas kedua capres akan meningkatkan risiko ketidakpastian politik bagi para investor," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (5/7/2014).
Josua mengungkapkan data ekonomi AS juga menunjukkan pemulihan, ditunjukkan oleh data tenaga kerja yg positif.
Menurutnya, data positif AS pada sepekan terakhir ini menambah ekspektasi investor bhawa the Fed akan melanjutkan tapering off hingga tahun ini.
Sehingga hal tersebut akan berpotensi menciptakan penaikan suku bunga the Fed lebih cepat dari perkiraan di tahun depan, dan akan berpotensi mendorong penguatan dolar AS terhadap major currencies dan mata uang Asia.