Bisnis.com, JAKARTA --PT Timah (Perseroan)Tbk. (TINS) mengalokasikan sekitar Rp1,4 triliun sebagai belanja modal (capital expenditure). Sekitar 40% dialokasikan untuk produksi.
Adapun sumber dana, kata Agung, masih belum ditentukan. Opsinya antara pinjaman bank, atau kas perseroan. Menurutnya TINS masih punya standby loan sebesar Rp2 triliun.
Sukrisno dan Agung menuturkan perseroan bakal mulai memproduksi sejumlah mineral ikutan dari timah yang sering disebut logam tanah jarang (LTJ/rare earth).
Pabrik LTJ ini akan dibangun di Tanjung Ular, Muntok, Provinsi Bangka Belitung dengan nilai investasi sebesar Rp15 miliar - Rp25 miliar. Perseroan berharap pabrik dapat beroperasi tahun depan.
Sukrisno menambahkan kapasitas produksi pabrik ini adalah 50 kilogram per hari. Hasil olahan yang berupa tin oxide (timah oksida) akan diekspor ke sejumlah negara produsen barang elektronik, terutama Jepang, Korea, dan Eropa.
Keunggulan produk ini, kata Sukrisno, utamanya dari segi harga yang berkisar US$230 per kilogram atau sepuluh kali lipat harga timah batangan.
