Bisnis.com, JAKARTA- Trust Securiities mengemukakan laju bursa saham Asia tercatat melemah dalam kurun waktu sepekan ini.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan laju bursa saham Asia mulai bergerak variatif cenderung menguat di awal pekan, saat bursa saham China mulai menguat. Menyusul pelaku pasar merespons positif rencana kebijakan untuk memperluas jaringan transportasi dan infrastrukturdi perkotaan.
Di sisi lain, meski Ukraina telah melaksanakan referendum untuk wilayah Crimea, namun laju bursa saham Asia belum kompak menguat sepenuhnya.
Adapun nilai tukar yuan yang melemah setelah PboC mengurangi kebijakan ketatnya terhadap yuan, tidak membuat indeks Shanghai melemah.
"Meski HSI masih terkena aksi jual karena merespons negatif pre-hasil referendum Crima, Ukraina. Rilis data-data ekonomi AS yang cukup positif memberikan tambahan amunisi bagi penguatan lanjutan sejumlah bursa saham Asia," kata Reza dalam risetnya.
Dia mengatakan mulai kembalinya aksi beli memberikan efek positif bagi penguatan saham-saham teknologi.
Turunnya house price index dan FDI China tidak langsung direspons negatif, karena memberikan penilaian akan pelonggaran moneter pemerintahan China.
Begitu pun dengan melemahnya yen memberikan amunisi positif bagi saham-saham eksportir.
"Akan tetapi, tampaknya aksi wait & see terhadap keputusan FOMC The Fed melanda bursa saham Asia, sehingga kembali melemah," ujarnya.
Di sisi lain, ujarnya, mulai adanya rilis kinerja emiten yang di bawah estimasi, rendahnya rilis PPI KorSel, masih negatifnya neraca perdagangan Jepang, berita mengenai penurunan kinerja developer China yang berujung pada indikasi default karena pertumbuhan properti yang melambat turut menambah sentimen negatif.
Turunnya sejumlah mata uang emerging market turut mempengaruhi laju sejumlah bursa saham Asia yang kembali melanjutkan pelemahan.
"Pelaku pasar pun juga memanfaatkan pernyataan Gubernur the Fed untuk melakukan aksi jual," kata Reza.