Bisnis.com, JAKARTA— Lemahnya aktivitas manufaktur China diprediksi akan menjadi salah satu sentimen negatif yang membebani pergerakan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Kamis (23/1/2014).
Analis PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir memprediksi rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp12.105 hingga Rp12.175 per dolar AS.
“Lemahnya aktivitas sektor manufaktur China juga membuat investor khawatir dengan outlook ekspor Indonesia ke Cina,” kata Zulfirman dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (23/1/2014).
Zulfirman mengatakan ada 3 sentimen negatif utama yang membebani pergerakan rupiah atas dolar AS;
- Kekhawatiran berlanjutnya kebijakan pengurangan stimulus (tapering off) oleh bank sentral AS the Federal Reserve menjelang pertemuan FOMC pada 28-29 Januari
- Lemahnya aktivitas sektor manufaktur Cina, yang membuat investor khawatir dengan outlook ekspor Indonesia ke Cina
- Investor juga cemas dengan tingginya inflasi, defisit current account, dan perlambatan ekonomi Indonesia
Zulfirman mengatakan pada grafik harian, mendatarnya indikator MACD dapat mengisyaratkan rupiah tengah mengalami konsolidasi untuk sementara waktu.
Namun, tambahnya, sentimen pelemahan rupiah masih terjaga seiring kurs dolar AS atasrupiah terperangkap di dalam channel bullish, berada di atas Moving Average (MA) 50-100-200, dan naiknya indikator Stochastic.
Pergerakan rupiah/US$
Tanggal | Rp/US$ |
Pk. 10.57 WIB (23/1) | 12.169 |
Buka (23/1) | 12.168 |
22/1 | 12.143 |
21/1 | 12.134 |
20/1 | 12.113 |
Sumber: Bloomberg Dollar Index, 2014