Bisnis.com, JAKARTA - Meski grafik harga emas memperlihatkan potensi kenaikan, tetapi potensi reli harga masih terbatas.
Hingga siang ini, Senin (6/1/2014) harga emas spot naik 0,19% menjadi US$1.239,37 per troy ounce (Rp487.332,23 per gram) di Commodity Exchange, New York pukul 12:08 WIB.
Analis dari PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menilai emas masih diperdagangkan dalam suasana bearish.
Menurutnya, pasar juga harus mewaspadai aksi ambil untung saat emas menguji area resisten US$1.251—US$1.257 per troy ounce.
“Dari sisi fundamental harapan meningkatnya permintaan emas fisik dari Asia masih mendukung kenaikan harga logam mulia,” katanya dalam laporan hariannya hari ini, Senin (6/1/2014).
Dia menilai investor tampaknya cukup yakin terhadap peningkatan permintaan fisik emas India setelah bank sentral setempat melonggarkan peraturan impor emas pekan lalu.
Selain itu, pasar juga berharap permintaan emas fisik dari China meningkat jelang perayaan tahun baru China pada akhir Januari. Sebagai catatan, India dan China adalah konsumen emas terbesar di dunia.
Namun demikian, kata Zulfirman, investor juga mewaspadai potensi keputusan mengurangi stimulus moneter Federal Reserve (tapering) lebih lanjut. Bulan ini, Federal Reserve (the Fed) akan menggelar pertemuan Fed Open Market Committee (FOMC) ada 28-29 Januari.
Adapun fokus pasar hari ini adalah data nonmanufaktur dan pesanan pabrik AS yang dirilis malam hari nanti pukul 22.00 WIB.
Zulfirman mengungkapkan jika data memberikan sinyal perbaikan ekonomi AS maka hal ini dapat mendorong the Fed untuk memangkas stimulusnya dengan lebih agresif, menjadi sentimen negatif untuk emas.
Dalam jangka pendek ini harga emas berpotensi naik ke level US$1.257 jika mampu menembus level support US$1.235. Sementara bila harga stabil di bawah US$1.235 emas berpotensi tertekan ke area US$1.223 per troy ounce. Hari ini resisten harga emas berada di level US$1.257 dan US$1.257.