Bisnis.com, JAKARTA—Setelah melalui proses lebih dari setahun, kontraktor pelat merah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) akhirnya resmi mengakuisisi produsen aspal pelat merah PT Sarana Karya (Persero) senilai Rp50 miliar.
Transaksi tersebut sebagai tindak lanjut setelah terbitnya Peraturan Pemerintah No.91/2013 tentang Penjualan Saham Milik Negara Republik Indonesia pada Perusahaan Perseroan (Persero) PT Sarana Karya tertanggal 24 Desember 2013.
Penandatanganan akte jual beli dilakukan perwakilan pemerintah oleh Staf Ahli Bidang Investasi dan Sinergi Kementerian BUMN Herman Hidayat dan Direktur Keuangan Wijaya Karya Adji Firmantoro di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (30/12/2013) lalu.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Natal Argawan Pardede menuturkan perseroan menggunakan dana investasi yang berasal dari kas internal untuk penyelesaian transaksi pembelian saham tersebut.
Transaksi ini merupakan bagian dari strategi pengembangan perseroan untuk memperkuat bisnis utama (core business) di bidang konstruksi.
“Langkah ini telah tertuang dalam RKAP [rencana kerja dan anggaran perusahaan] perseroan 2012 lalu,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (3/1/2014).
Dalam rencana kerjanya, Wijaya Karya telah mempersiapkan rencana pembangunan pabrik pada lahan yang telah dimiliki perseroan seluas 30 hektare di Lawele, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, setelah berhasil memproduksi ekstraksi aspal Buton (bitumen) dalam skala kecil.
Pabrik untuk ekstraksi bitumen tersebut didesain memiliki kapasitas 50.000 ton per tahun. Pabrik aspal alam itu akan dibangun dalam 1 tahun dan diharapkan bisa berproduksi mulai 2015 mendatang.
Sarana Karya memiliki bisnis inti dalam bidang pertambangan aspal Buton dengan menyediakan aspal olahan dan siap pakai untuk keperluan konstruksi jalan dan keperluan lainnya.
Perusahaan tersebut memiliki jaringan distribusi untuk pasar dalam maupun luar negeri yang diyakini akan sangat mendukung rencana pengembangan kegiatan usaha Wijaya Karya ke depan.
Natal menambahkan permintaan aspal untuk kebutuhan nasional diperkirakan mencapai 1,5 juta ton per tahun yang selama ini dipenuhi dari produksi nasional oleh PT Pertamina (Persero) sebanyak 400.000 ton per tahun, sedangkan sisanya aspal impor.
Jika aspal produksi nasional dari Pulau Buton dapat diproduksi dalam skala besar tentunya akan memperkuat produk lokal dan memberikan penghematan kepada devisa negara.
Sebagai informasi, Pulau Buton menyimpan deposit aspal alam sekitar 677 juta ton dengan mutu terbaik di dunia.