Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Mulai Merangkak

Harga batu bara acuan (HBA) pada Desember tahun ini mulai merangkak mencapai US$80,31 per ton dipicu oleh musim dingin, penutupan beberapa perusahaan batu bara, dan meningkatnya konsumsi batu bara di Jepang

Bisnis.com, JAKARTA— Harga batu bara acuan (HBA) pada Desember tahun ini mulai merangkak mencapai US$80,31 per ton dipicu oleh musim dingin, penutupan beberapa perusahaan batu bara, dan meningkatnya konsumsi batu bara di Jepang.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Supriatna Suhala memperkirakan harga batu bara akan tetap naik hingga Maret 2014 atau saat musim dingin berakhir. Kenaikan harga juga dipicu karena banyak perusahaan batu bara berskala kecil menutup usahanya sehingga pasokan batu bara terpusat pada perusahaan besar yang lebih stabil.

“Beberapa perusahaan batu bara produksi kecil yang tutup tersebut merupakan pemilik izin usaha pertambangan [IUP] di sekitar Jambi dan Kalimantan Selatan,” ujarnya,
Senin (16/12/2013).

Para pengusaha yang memproduksi batu bara kurang dari 1 juta ton itu menutup produksinya karena harga batu bara sempat menurun hingga menyentuh US$76,61 per ton pada Oktober lalu. Pasokan juga banyak berkurang karena perusahaan-perusahaan yang mengadakan kerja sama dengan pembangkit listrik di luar negeri sudah menghentikan kontraknya.

Di sisi lain, peningkatan konsumsi batu bara terus meningkat di Jepang sejak 2011. Negeri Sakura itu mengganti 56 pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang memasok 33% listrik dengan PLTU dan PLTG.

“Setiap 1.000 MW listrik membutuhkan batu bara 3,5 - 4 juta ton per tahun. Jadi untuk ke depan, Jepang membutuhkan batu bara dan gas yang banyak,” imbuhnya.

Hal senada dikatakan oleh Kasubdit Pengawasan Usaha Operasi Produksi dan Pemasaran Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya MIneral Gultom Guska. Menurutnya, batu bara Indonesia biasanya akan digunakan untuk pencampuran karena sifat batu bara dari Indonesia memiliki kadar sulfur rendah. Sementara itu, China juga tengah menambah kebutuhan energi fosil ini beberapa bulan terakhir.

“Mereka membutuhkan banyak listrik untuk menghadapi Tahun Baru China,” imbuhnya.

Pasokan domestik dari Negeri Tirai Bambu itu dianggap kurang sehingga harus mengimpor. Permintaan batu bara terbanyak kemudian disusul oleh India yang sedang melakukan pembangunan dalam negeri. India tengah mengembangkan proyek PLTU berskala besar dan memerlukan bauran batu bara dari Indonesia.

Terkait mengenai produksi, Supriatna mengatakan hingga bulan ini, produksi batu bara bisa mencapai 400 juta ton. Jumlah tersebut melampaui target pemerintah tahun ini yaitu 391 juta ton.

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara mencatat produksi dari perusahaan pemilik Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara mencapai 329 juta ton hingga Oktober 2013. Angka produksi melonjak 55,9% sejak Juli tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Inda Marlina
Sumber : Bisnis Indonesia (17/12/2013)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper