Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global naik moderat pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah China melaporkan pertumbuhan ekonomi yang sehat, meningkatkan harapan untuk permintaan energi yang lebih kuat di ekonomi terbesar kedua dunia itu.
Kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November di New York Mercantile Exchange, naik US$14 sen menjadi berakhir pada US$100,81 per barel dari penutupan Kamis.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember naik US$83 sen menjadi US$109,94 per barel di perdagangan London.
China, konsumen minyak dan pengimpor energi terbesar dunia, pada Jumat mengatakan ekonominya berkembang 7,8% tahun-ke-tahun dalam periode Juli-September, menghentikan pelambatan pertumbuhan dua kuartal sebelumnya.
Pasar minyak berbalik cukup tinggi, setelah China merilis data, kata Tim Evans dari Citi Futures.
"Pelemahan dalam dolar AS juga merupakan dukungan untuk komoditas berdenominasi dolar AS," katanya.
Dolar jatuh pada Kamis dan Jumat, terutama terhadap euro, karena imbal hasil obligasi AS turun setelah Kongres AS mencapai kesepakatan untuk mendanai pemerintah dan menaikkan pagu utang negara, menghindari poten gagal bayar utang yang merugikan.
Robert Yawger dari Mizuho Securities USA mengatakan bahwa volume perdagangan New York rendah karena acuan kontrak WTI merayap mendekati tingkat 100 dolar AS.
Jika harga bergerak di bawah 100 dolar AS, "tidak seorang pun mau menjadi idiot bahwa membeli jika harga sedang bergerak turun, terutama sebelum akhir pekan," katanya .
Citi Evans mencatat bahwa pasar tetap mendapat pasokan baik, "karena pertumbuhan produksi AS kuat dan tingkat operasi kilang yang secara musiman lemah mengakibatkan persediaan meningkat."
Badan Informasi Energi AS mengumumkan pihaknya akan melanjutkan laporan mingguan persediaan minyak mentah -- sebuah barometer untuk permintaan energi -- pada 23 Oktober.
Badan ini telah menunda laporan tersebut karena penutupan sebagian kegiatan pemerintah AS selama 16 hari, yang berakhir pada Kamis (17/10) setelah Kongres mencapai kesepakatan anggaran dan utang.
Dalam berita pasar minyak lainnya, produsen minyak terkemuka Rusia Rosneft menandatangani memorandum pada Jumat yang memberikan China akses langsung pertama ke ladang-ladang energi Siberia Timur.
Perjanjian awal memberikan perusahaan Rusia saham 51 persen dan CNPC China 49 persen dalam sebuah usaha patungan untuk pengembangan industri hulu.