Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar dolar AS terhadap mata uang Asia-Pasifik termasuk rupiah diperkirakan masih akan bergerak labil atau tidak berfluktuasi secara signifikan.
Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada mengatakan setelah kongres Amerika Serikat sepakat mencabut shutdown pemerintah dan setuju meningkatkan batas utang bisa menjadi sentimen positif terhadap dolar AS.
Namun, penguatan tersebut diprediksi tidak akan lama mengingat pelaku pasar masih akan menunggu hasil keputusan The Federal Reserve terkait pemberian stimulus.
“Keputusan stimulus juga kan masih dinantikan. Jika pemberian stimulus tetap diperpanjang atau hanya dikurangi sedikit, maka itu bisa jadi sentimen negatif bagi dolar AS. Jadi ada sentimen positif dan negatif,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (17/10/2013).
Dengan demikian, lanjut dia, potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS masih cukup besar. Apalagi jika ditopang oleh kondisi makroekonomi dalam negeri yang kondusif.
“Jadi pergerakannya relatif stabil. Kondisi ekonomi Indonesia kan juga cukup positif, sehingga meskipun dolar AS menguat, rupiah tidak akan terlalu tertekan dalam. Dan kedepannya, potensi penguatan rupiah masih besar,” jelasnya.
Bahkan, Reza memperkirakan penguatan rupiah bisa tembus Rp10.700 per dolar AS hingga Rp10.800 per dolar AS.