Bisnis.com, MELBOURNE - Minyak mentah Brent terombang-ambing setelah naik untuk pertama kalinya dalam 3 hari terakhir menyusul desakan AS untuk melancarkan serangan militer Suriah.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran pasar akan terganggunya pasokan minyak Timur Tengah.
Harga Brent tercatat turun 0,15% pukul 10:59 WIB menjadi US$114.16 (Rp1,24 juta) per barel. Sepanjang perdagangan kemarin, Brent naik 0,3% ke posisi US$114,33.
Senator Republik John McCain dan Lindsey Graham mendesak para pembuat kebijakan segera menyadari bahaya penggunaan senjata kimia Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Adapun para hedge funds dan para manajer keuangan menaikkan spekulasi bullish Brent ke titik tertinggi selama lebih dari 2 tahun terakhir.
Menurut Presiden Schork Group Inc Stephen Schrok, volatilitas harga akan merangkak naik seiring dengan isi berita utama beberapa hari ke depan.
“Wall Street ada dalam posisi membeli, dan menandakan uang kembali mengalir ke ICE Brent,” kata Schrok. Selisih harga Brent dan WTI US$7,53. Sementara itu, WTI ada di posisi US$106,66 per barel, turun 0,92%.