Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah depresiasi nilai tukar rupiah, dua emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk justru gencar memburu pinjaman dalam bentuk valas dengan nilai total US$135 juta.
XL Axiata mendapat fasilitas pinjaman sebesar US$100 juta atau sekitar Rp1,1 triliun dari Bank of Tokyo Mitsubishi pada 26 Agustus 2013. Fasilitas kredit tanpa jaminan itu diberikan dengan jangka waktu pinjaman 3 tahun terhitung sejak tanggal penarikan.
“Tujuan penggunaan fasilitas kredit yakni untuk kebutuhan belanja modal tahunan,” ujar Sekretaris Perusahaan XL Axiata, Murni Nurdini, Selasa (27/8/2013).
Direktur Utama XL Axiata Hasnul mengatakan pihaknya tidak khawatir kondisi pelemahan nilai tukar rupiah saat ini akan mengganggu beban utang perseroan. Pasalnya XL telah memberlakukan skema lindung nilai (hedging) pada pembayaran bunga utangnya.
“Bunganya di-hedge, jadi relatif aman,” ujarnya kepada Bisnis.
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Keuangan Telkom Honesti Basyir mengungkapkan pihaknya akan mendapat pinjaman luar negeri senilai US$35 juta atau sekitar Rp385 miliar dari lembaga perbankan ekspor impor asal Negeri Sakura, Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
“Penandatanganan perjanjian pinjaman akan berlangsung pada awal September 2013. Tingkat bunga di kisaran 2,5%-3,5%,” ungkapnya.