Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah Indonesia memimpin pelemahan mata uang Asia pekan ini seiring dengan pelambatan laju pertumbuhan ekonomi China di tengah prospek kawasan yang meredum.
Cina, pasar ekspor terbesar dari Indonesia, Taiwan, Thailand dan Korea Selatan, melaporkan 15 Juli bahwa ekspansi mengalami pelambatan pada kuartal kedua 2013.
Terlepas dari rupiah dan ringgit Malaysia, mata uang regional bergerak 0,2% atau kurang, sebagai jaminan dari Federal Reserve bahwa pengurangan stimulus tidak dalam jangka dekat.
"Ketergantungan negara-negara Asia pada China telah meningkat, dan ketidakpastian pertumbuhan China meningkatkan kekhawatiran tentang prospek ekspor di kawasan ini," kata Tohru Nishihama, ekonom pada Dai-ichi Life Research Institute Inc di Tokyo.
Nilai tukar rupiah turun 0,8% pekan ini menjadi 10.078 per dolar AS pada pukul 3.35 di Jakarta, menurut harga dari bank lokal dikumpulkan oleh Bloomberg.
Adapun ringgit Malaysia melemah 0,5% menjadi 3,194 dan dolar Taiwan turun 0,2% menjadi NT $ 29,978. Yuan China sedikit berubah pada 6,1379.
Ekonomi terbesar Asia itu ekspansi 7,5% pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, data resmi menunjukkan minggu ini, melambat dari kenaikan dalam 3 bulan sebelumnya 7,7% dan kenaikan pada triwulan akhir 2012 sebesar 7,9%.
Dana Moneter Internasional menyatakan ada peningkatan risiko bahwa China akan menghadapi pelambatan pertumbuhan sepanjang tahun ini menjadi 7,75%.