Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ECONIT: Diragukan, Kemampuan BI Tahan Kurs di Bawah Rp10.000

BISNIS.COM, JAKARTA—Pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah strategis untuk menghindari pelemahan rupiah dan menipisnya cadangan devisa negara terkait dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.

BISNIS.COM, JAKARTA—Pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah strategis untuk menghindari pelemahan rupiah dan menipisnya cadangan devisa negara terkait dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.

Demikian dikemukakan oleh pengamat ekonomi dari Econit, Hendri Saparini usai menjadi pembicara pada diskusi bertema Kesiapan Daerah atas Imbas Kenaikan BBM di Gedung Dewan Perwakilan Daerah hari ini, Rabu (19/6/2013).

Selain Hendri, turut jadi pembicara anggota DPR RI, Instiawati Ayus dan pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro. Menurutnya, naiknya harga BBM yang disertai tingginya permintaan akan dolar akan semakin membuat rupiah terpuruk.

Apalagi, ujarnya, kenaikan harga BBM dilakukan menjelang puasa dan Lebaran yang membuat tingkat konsumsi kian tinggi. Nilai rupiah turun 0,7 % menjadi Rp9.955 per dolar kemarin dan sebelumnya pernah menyentuh di atas Rp10.000.

“Pemerintah perlu memamfaatkan pelemahan rupiah kalau tidak ingin cadangan devisa semakin turun,” ujarnya kepada Bisnis. Menurutnya, cadangan devisa akan terkuras saat Bank Indonesia melakukan intervensi pasar keuangan untuk menjinakkan nilai tukar.

Sebagai catatatan, cadangan devisa Indonesia per 28 Maret 2013 mencapai US$104,80 miliar atau turun US$ 0,38 miliar posisi 28 Februari 2013 yang mencapai US$105,18 miliar.

Terkait posisi rupiah terhadap mata uang asing, Hendri menyarankan agar posisi di bawah Rp10.000 terhadap dolar AS dipertahankan meski Bank Indonesia harus melakukan intervensi.

Kendati demikian, Hendri menyangsikan kemampuan BI untuk bertahan batas psikologis di bawah Rp10.000 tersebut, menyusul kian menysutnya cadangan devisa negara.

Menurutnya, salah satu kebijakan yang perlu diambil pemerintah adalah bagaimana merangsang ekspor dengan pelemahan rupiah tersebut. Kalau perlu, ujarnya, pemerintah menurunkan tim lobi agar nilai komoditas seperti sawit bisa diterima di pasar Eropa.

Sebelumnya komoditas tersebut dilarang masuk ke wilayah itu karena alasan keruskan lingkungan yang ditimbulkan karena pembabatan hutan untuk penanaman sawit.

Sementara terkait penaikan harga BBM, Hendri mengatakan semestinya kebijakan itu memberikan manfaat. Menurutnya, pemerintah tidak hanya melihat pembatasan subsidi dari untung penghematan anggaran saja, tapi harus dilihat dampaknya secara umum.

“Harus dicermati agar jangan sampai menaikan BBM mengganggu daya beli masyarakat dan daya saing industri. Kalau cuma mau menghemat APBN saja, tapi mengurangi daya beli dan daya saing, maka dampaknya bisa lebih besar terhadap perekonomian nasional,”ungkapnya.

Hendri menegaskan, kebijakan ini justru mendorong peningkatan import karena daya beli dan daya saing kita rendah terhadap negara lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper