Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR OBLIGASI Bisa Kembali Bergairah Gara-Gara Kenaikan BI Rate

BISNIS.COM, JAKARTA-Kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin diyakini bisa mendorong aliran dana asing kembali masuk ke pasar obligasi, meski dengan level imbal hasil yang relatif tinggi.Analis Obligasi PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA) Fakhrul

BISNIS.COM, JAKARTA-Kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin diyakini bisa mendorong aliran dana asing kembali masuk ke pasar obligasi, meski dengan level imbal hasil yang relatif tinggi.

Analis Obligasi PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA) Fakhrul Aufa menyampaikan kenaikan suku bunga acuan (BI rate) bisa menekan kredit dan mengendalikan peredaran rupiah, sehingga mampu meredam pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS.

“Penguatan rupiah bisa mendorong investor asing kembali percaya dengan pasar domestik, karena currency risk mengecil, jadi inflow dan pasar kembali hijau,” ujarnya, Kamis(13/6).

Di tengah keputusan bank sentral yang mengejutkan pasar kemarin, pergerakan transaksi obligasi justru menguat. Terbukti, obligasi acuan 5 tahun seri FR0066 mengalami kenaikan harga signifikan 27 basispoin menjadi 97,90% pada 13 Juni 2013 dari level hari sebelumnya 97,63%. Sebaliknya, yield menyusut 6 basispoin dari 5,80% menjadi 5,74%.

Di sisi lain, obligasi acuan seri FR0065 bertenor 20 tahun mengalami penurunan harga 6 basispoin dari 93,53% menjadi 93,47% dengan yield yang naik tipis dari 7,241% menjadi 7,247%.

Fakhrul menilai kebijakan Bank Indonesia menyerap obligasi acuan sebesar Rp1 triliun pada 12 Juni 2013 cukup efektif mendorong kinerja obligasi acuan lebih positif.

“Penguatan pasar obligasi terdorong hasil lelang dan kenaikan BI rate, jadi pasar mulai stabil kembali dan masuk lagi ke pasar,” lanjutnya.

Namun, penurunan yield diperkirakan hanya bersifat sementara. Dalam jangka menengah, dampak inflasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tingginya suplai obligasi pemerintah tahun ini bisa kembali mendorong level imbal hasil.  

“Kenaikan suku bunga biasanya akan diikuti kenaikan yield, meski turun sebentar tapi secara umum tahun ini yield naik,” tuturnya.

Seorang analis obligasi perusahaan efek swasta juga sependapat dengan Fakhrul. Menurut dia, kenaikan harga obligasi saat ini hanya bersifat sementara dan akan kembali melesu dalam jangka 1 sampai 2 pekan ke depan.

“Saat ini hanya  price in saja karena harganya sudah kelihatan pada tinggi rendah jadi rebound tetapi akan bergerak naik lagi dalam waktu dekat,” ujarnya.

Dia menyarankan investor untuk menahan diri di pasar obligasi dalam beberapa saat dan berinvestasi di portofolio yang lebih aman atau menyimpan dalam bentuk tunai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lavinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper