Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENARIKAN OBLIGASI: Investor Asing Tarik Dana Rp5 Triliun dalam Sepekan

BISNIS.COM, JAKARTA -- Investor asing mulai menarik diri dari pasar obligasi nasional dengan nilai bombastis mencapai Rp5 triliun dalam sepekan. Penarikan dana asing diperkirakan bisa mencapai Rp10 triliun dalam waktu dekat. Berdasarkan data Kementerian

BISNIS.COM, JAKARTA -- Investor asing mulai menarik diri dari pasar obligasi nasional dengan nilai bombastis mencapai Rp5 triliun dalam sepekan. Penarikan dana asing diperkirakan bisa mencapai Rp10 triliun dalam waktu dekat.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh asing telah merosot hingga Rp5,67 triliun hanya dalam waktu 5 hari kerja. Dari posisi tertinggi Rp305,72 triliun pada 28 Mei 2013 menjadi Rp300,05 per 5 Juni lalu.

Menurut komposisi, kepemilikan SBN oleh asing menurun dari semula atau 34,16% terhadap total dana Rp895,06 triliun pada 28 Mei 2013, menjadi 33,38% dari total dana Rp898,87 triliun 5 Juni 2013.

Lembaga perbankan mengambil kesempatan dengan menyerap obligasi pemerintah sebesar Rp7,02 triliun dalam sepekan, dari semula Rp303,21 triliun menjadi Rp310,23 triliun.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyampaikan aliran dana asing berpotensi keluar dari pasar obligasi negara mencapai Rp10 triliun dalam waktu dekat jika nilai tukar rupiah semakin melemah.

“Perhitungan kami setidaknya ada outflow Rp10 triliun jika rupiah melemah terhadap dolar AS lebih dari Rp9.900,” ungkapnya, Senin(10/6).

Menurutnya, pelemahan rupiah akan menggerus keuntungan investor asing meski imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia sangat kompetitif.

Head of Debt Capital Market PT BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo menyampaikan roda permasalahan akan terus berputar. Penarikan dana oleh asing menyebabkan pasokan dolar AS di Indonesia menurun sehingga semakin melemahkan nilai tukar rupiah.

Dia memaparkan risiko utama obligasi pemerintah saat ini antara lain, lonjakan suplai surat utang akibat kenaikan budget defisit pemerintah dalam APBNP 2013, dan laju inflasi akibat kenaikan harga BBM.

Persoalan paling krusial, lanjutnya, justru berasal dari global yakni sentimen negatif pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral Amerika Serikat.

“Pengurangan Quantitative easing yang paling cepat mendorong outflow asing, mereka akan lari ke save haven [aset aman],” tutur Herdi.

Head of Investment PT AAA Asset Management Siswa Rizali menilai melesunya pasar obligasi dibuktikan dengan 45 reksa dana berbasis obligasi yang mengalami return negatif di kisaran 0,45%-7% YtD per 7 Juni 2013.

“Dari 109 reksa dana berbasis obligasi, sebanyak 45 reksa dananya mengalami return negatif per 7 Juni kemarin,” sebutnya.

Dia memaparkan cadangan devisa mulai menipis akibat upaya Bank Indonesia menjaga nilai tukar rupiah. Pada Mei 2013 cadangan devisa telah berkurang US$2 miliar.

“Selain karena defisit transaksi berjalan, juga karena outflow dari bursa Saham US$ 0.9 Miliar. Padahal sepanjang Mei, SUN masih inflow sekitar US$ 0.45 Miliar atau Rp 4 Triliun,” ungkapnya.

Pada Juni, bursa saham sudah outflow sekitar US$ 0.5 miliar, dan aliran dana SUN juga terkoreksi sekitar US$0.4 Miliar.

“Jadi dalam satu minggu pertama Juni, BI sudah kehilangan sekitar US$ 1 miliar. Maka akhir Juni jangan-jangan cadangan devisa tinggal US$ 100 Miliar,” katanya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lavinda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper