BISNIS.COM, JAKARTA-- IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4895—5225 pasca dirilisnya data inflasi dan neraca perdagangan. Demikian analisa Henan Putihrai Analytics, Selasa (4/6/2013).
Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit sebesar USD 1.6 miliar di bulan April.
Sementara itu, indeks saham acuan AS ditutup menguat pada perdagangan hari Senin setelah investor mengukur dampak dari data manufaktur yang mengecewakan terhadap potensi pengambilan keputusan mengenai pelonggaran kuantitatif oleh The Fed.
Salah satu pejabat The Fed menyatakan bank sentral akan terus menciptakan stimulus dan tidak akan membatasi pembelian obligasi bulanan dalam waktu dekat. Pada hari Senin lalu telah dirilis data ISM yang melemah atau berada pada level 49.0% pada Mei di bawah estimasi 51.0% yang merupakan penurunan bulanan ketiga secara berturut-turut.
Indeks Markit US PMI menguat 52.3 pada bulan Mei. Dolar AS melemah pada perdagangan hari Senin setelah data aktivitas manufaktur AS bulan Mei yang mengalami kontraksi di luar ekspektasi.
Di Eropa, bursa saham melemah pada penutupan hari Senin, setelah dirilisnya data manufaktur AS dan China memicu kekhawatiran. Dengan pelemahan ekonomi di Eropa, maka ECB mungkin tidak membuat perubahan kebijakan pada pertemuan hari Kamis pekan ini. PMI manufaktur untuk zona Euro meningkat 48.3% dari 46.67% pada bulan April.
Sebagian besar pasar Asia melemah pada perdagangan Senin setelah penguatan data manufaktur yang dirilis oleh pemerintah China namun kontras dengan data yang dikeluarkan oleh HSBC. Jepang melemah dengan kenaikan ekspektasi inflasi dan kenaikan yield obligasi pemerintah jepang kecuali yield dibatasi oleh BOJ.
Perdagangan saham di Australia juga mengalami pelemahan dipicu oleh pelemahan sektor perbankan menjelang keputusan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia.