BISNIS.COM, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pekan ini diproyeksikan bergerak variatif dan rawan koreksi seiring dengan rencana The Fed untuk menarik stimulusnya secara bertahap.
Kepala Riset PT Trust Securities Reza Priyambada mengatakan komentar gubernur Bank Sentral AS Ben S. Bernanke dalam pertemuan FOMC pekan lalu, membuat pelaku pasar di bursa saham AS berubah menjadi skeptis, meski data-data yang dirilis menunjukkan hal positif.
“Pada pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran support 5.065-5.097 dan resisten 5.232-5.263. Berdasarkan analisis teknikal, posisi IHSG tidak begitu nyaman, dengan peluang kenaikan 30%-40%,” jelasnya, Minggu (26/5/2013)
Sebelumnya, Ben Bernanke mengatakan penghentian program stimulus moneter secara dini dapat membahayakan pemulihan ekonomi karena tingkat pengangguran yang tinggi dan pemangkasan anggaran pemerintah.
Sementara itu, Reza juga menilai peluang penguatan signifikan hanya bisa terjadi apabila didukung dengan rilis data-data yang positif. Jika diasumsikan tidak ada, lanjutnya, IHSG akan cenderung kembali rawan terkoreksi.
Menurutnya, pelaku pasar akan memanfaatkan setiap kenaikan untuk ambil untung setelah kemungkinan trauma dengan penurunan tajam yang sempat terjadi, sehingga berpotensi terjadinya pembalikan arah.
Dia juga menjelaskan untuk mencermati saham-saham di sektor perkebunan, industri dasar, aneka industri, perdagangan, dan properti a.l seperti saham AALI, BWPT, SIMP, SMGR, SMCB, ASII, ARNA, KBLI, SCCO, AKRA, RALS, ACES, MAPI, ADHI, DGIK, ASRI, dan CTRS.
Untuk pekan ini, beberapa data ekonomi yang akan menjadi perhatian sentimen a.l hasil rapat moneter bank sentral Jepang dan pertumbuhan penjualan retail Jepang. Selain itu, ada rilis business & consumer confidence Zona Europa.
Di tempat berbeda, Christandi Rheza, analis PT Sinarmas Sekuritas memperkirakan IHSG pada Senin (27/5/2013) akan bergerak melemah di level 5.132-5.176 seiring dengan dirilisnya data durable goods orders AS yang diprediksi akan mengalami kenaikan.
Sementara itu, sepanjang pekan lalu, IHSG menguat tipis 9,41 poin, naik 0,18% ke level 5.155,09. Total frekuensi perdagangan sepekan tercatat 902.607 kali, dengan total volume perdagangan sepekan sebesar 34,18 miliar unit saham.
Selain itu, investor asing mencatatkan beli bersih sepekan Rp586,11 miliar dari total nilai perdagangan sepekan Rp40,14 triliun. Adapun rata-rata nilai transaksi harian sepekan ini mencapai Rp8,02 triliun.
Pergerakan IHSG disinyalir masih akan liar setelah sebelumnya terjerembab 1,66% atau 86,59 poin ke level 5.121,4 pada Kamis (23/5) dan kembali merangkak 0,66% atau 33,69 poin ke level 5.155,09, Jumat (24/5).
Volatilitas indeks sepanjang Mei sangat menarik, mengingat pada awal bulan bursa dikejutkan dengan adanya downgrade outlook yang dilakukan oleh S&P dan peringatan yang dikeluarkan oleh Moody's.
David Sutyanto dari First Asia Capital mengatakan, melihat adanya panic selling pada Kamis lalu, para pelaku pasar mungkin tersadar akan rapuhnya pergerakan indeks terhadap berita negatif.
“Pasar sudah menjadi sangat sensitif terhadap isu negatif. Oleh karena itu untuk pergerakan pekan ini, IHSG menjadi sangat sensitif,” ujarnya.
Adapun potensi untuk terkoreksi cukup besar karena secara teknikal indikator MACD sudah melemah dan RSI sedang memasuki area overbought. Namun sektor properti baru saja mendapat kabar baik.
“Saran saya untuk minggu depan, akumulasi saham-saham dengan kinerja dan fundamental bagus. Sektor properti juga sangat menarik untuk dilirik,” tandas David, Minggu (26/5/2013).
Sementara riset dari Valbury Securities yang dipimpin Nico Omer Jonckheere menyatakan sejumlah sentimen negatif menyebabkan pasar saham global dan regional serta domestik, ditutup melemah pada perdagangan kemarin.
“Diawali dengan pernyataan dari presiden bank sentral AS, Ben Bernanke, yang mengemukakan bahwa bank sentral AS dapat mengurangi jumlah pembelian obligasi sebesar US$85 miliar per bulan dalam waktu dekat,” ujarnya dalam riset, Jumat (24/5).
Lebih lanjut, sentimen dari kawasan Asia yang berasal dari China, yakni data sektor manufaktur yang mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir. Data Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis oleh HSBC Holdings Plc dan Markit Economics, berada pada level 49,6, lebih rendah dari periode April dan ekspektasi pada level 50,4.
“Kedua sentimen tersebut menyebabkan IHSG ditutup melemah sebesar 86,596 poin (1,663%) ke level 5.121,403, Kamis lalu, dari posisi sebelumnya pada level 5.207,999,” lanjutnya, Jumat (24/5).
Seluruh sektor perdagangan ditutup melemah, dimana sektor pertambangan, perdagangan, dan industri dasar, menjadi tiga sektor yang membukukan pelemahan terdalam.
Pelemahan sektor pertambangan sebesar 3,377% terutama disebabkan oleh penurunan saham IMTG dan PTBA masing-masing sebesar 5,6% dan 7,02%.
Adapun pelemahan sektor perdagangan sebesar 2,392% salah satunya disebabkan oleh penurunan saham UNTR sebesar 1,99%.
“Sedangkan pelemahan sektor industri dasar sebesar 2,376% salah satunya disebabkan oleh penurunan saham sektor semen dalam kisaran 0,4%-1,6% serta saham CPIN sebesar 5,45%,” ujarnya seperti dalam riset, Jumat (24/5) . (MFM)