BISNIS.COM, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan ini menguat 180,45 poin, naik 3,66% ke level 5.105,93.
Capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan pekan lalu, yang terkoreksi terkoreksi 53,05 poin, turun 1,06% ke level 4.925,48.
Sepanjang pekan ini, total frekuensi perdagangan sepekan tercatat 678.399 kali, turun 10,63%. Untuk total volume perdagangan sepekan tercatat 22,54 miliar unit saham , turun 26,65%.
Selain itu, total nilai perdagangan sepekan tercatat Rp34,31 triliun, turun 17,76% dari capaian sebelumnya Rp41,72 triliun. Adapun rata-rata nilai transaksi harian sepekan ini mencapai Rp8,57 triliun.
Kenaikan laju pergerakan berturut-turut sepekan ini mematahkan keraguan banyak pihak terhadap kinerja pasar modal dalam negeri, setelah sebelumnya prospek peringkat utang Indonesia diturunkan oleh salah satu lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P)
Kepala Riset Buana Capital Alfred Nainggolan menilai keputusan S&P yang menurunkan prospek utang Indonesia memang sempat berimbas terhadap pasar keuangan baik pasar saham dan pasar obligasi.
Kendati demikian, hal tersebut lebih terlihat sebagai sentimen relatif terbatas (short term), karena yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah lambatnya pemerintah dalam penentuan harga bahan bakar, sehingga semakin membebani APBN.
“Bagi kami hal tersebut belum cukup mengkuatirkan pasar, karena peluang harga BBM naik masih ada jika melihat alasan pemerintah tengah menunggu pembahasan bersama DPR,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (10/5).
Selain itu, lanjutnya, di saat yang sama harga minyak mentah juga sedang mengalami penurunan kondisi ini akan menguntungkan bagi negara net importir misalnya Indonesia.
Terkait dengan capaian positif IHSG sepekan ini, menurut Alfred terdapat beberapa data positif yang menjadi katalis. Pertama, capaian positif dari kinerja emiten kuartal 1/2013 terutama perbankan, properti konstruksi dan barang-barang konsumsi (consumer goods).
Kedua, surplusnya anggara yang terjadi untuk neraca perdagangan Maret 2013 menjadi sentimen positif terhadap IHSG, setelah sebelumnya sejak September 2012 yang lalu selalu mencetak negatif.
Ketiga, membaiknya kondisi bursa saham Eropa dan AS akibat kebijakan stimulus, turut berdampak terhadap bursa saham Asia. Menurutnya, penurunan suku bunga oleh beberapa bank sentral, akan sedikit menguntungkan negara-negara berkembang yang memiliki suku bunga tinggi. (bas)