BISNIS.COM, JAKARTA--Bursa saham negara berkembang ditutup anjlok terbesar sejak Juli yang dipimpin oleh emiten sektor komoditas.
Anjloknya bursa saham tersebut dipicu oleh data pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah dari perkiraan.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (16/4/2013), indeks MSCI Asia Pasifik turun 1,6% ke level 1.003,29, terdalam sejak 23 Juli.
Emiten sektor energi dan bahan baku mencatatkan penurunan setidakna 2,5%, terdalam dari 10 sektor industri yang tergabung dalam MSCI Emerging Markets.
Indeks Standard & Poor's GSCI yang terdiri dari 24 emiten bahan baku juga turun 2,3%, sejalan dengan penurunan harga minyak di bawah US$90 per barel dan penurunan harga emas dan perak.
Saham OAO Gazprom, produsen gas alam terbesar di Rusia, merosot ke level terendah dalam 4 tahun, saham Harmony Gold Mining Co jatuh ke level terendah sejak 2005 di Johannesburg karena harga minyak dan logam turun.
Di pihak lain, indeks Bovespa Brazil anjlok terbesar sejak September 2011, yang dipimpin oleh saham produsen bijih besi Vale SA.
"Sekarang angka China mulai mengecewakan, investor melihat lebih banyak bukti goyahnya pertumbuhan global," kata Maarten Jan Bakkum, analis pasar negera berkembang ING Investment Management di Hague seperti dikutip Bloomberg.
"Ini tidak cukup bagus untuk meyakinkan pasar komoditas," tambahnya.