BISNIS.COM,JAKARTA— Sepanjang pekan ini, pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak variatif seiring dengan rencana penyesuaian suku bunga acuan dan harga bahan bakar bersubsidi yang menjadi perhatian pelaku pasar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG bergerak naik 11,15 poin, atau 0,22% sepanjang pekan ini menjadi 4.937,21. Total frekuensi perdagangan sepekan tercatat 766.004 kali, atau 27,1 miliar unit saham, dengan nilai Rp33,13 triliun.
Berbeda dengan pekan sebelumnya, investor asing membukukan total jual bersih sepekan Rp1,61 triliun, dengan rincian transaksi beli Rp13,98 triliun dan transaksi jual Rp15,59 triliun.
Adapun rata-rata transaksi harian Rp6,62 triliun, lebih besar dibandingkan dengan pekan sebelumnya Rp6,48 triliun.
Pergerakan variatif tersebut dipengaruhi dari berbagai sentimen a.l seperti data-data ekonomi, kelanjutan pemberian stimulus negara-negara luar hingga pemberitaan mengenai rencana penyesuaian suku bunga acuan dan bahan bakar bersubsidi.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai isu adanya rencana penyesuaian suku bunga acuan memang menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar. Menurutnya, isu suku bunga acuan cukup sensitif terhadap sektor perbankan dan properti.
“Setelah Bank Indonesia mengatakan suku bunga acuan tidak naik, indeks langsung bergerak positif. Hal ini dikarenakan kedua sektor ini memang tengah menjadi pendorong utama IHSG, jadi wajar jika pelaku pasar agak khawatir,” tuturnya saat dihubungi, Jumat (12/4).
Selain suku bunga acuan, rencana pembatasan bahan bakar bersubsidi kini menjadi perhatian utama pelaku pasar terutama investor asing. Menurutnya, hal tersebut berpeluang menghambat investasi asing terhadap proyek infrastruktur domestik.