BISNIS.COM, NEW YORK--Sebuah laporan inflasi yang lemah dari China, rencana nuklir Iran dan dolar yang lebih lemah membantu mengangkat harga minyak pada Selasa (Rabu pagi WIB), ketika pasar menunggu data persediaan minyak Amerika Serikat.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, ditutup pada US$94,20 per barel, naik 84 sen dari Senin.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei melonjak US$1,57 menjadi menetap di US$106,23 per barel di perdagangan London.
Harga WTI naik "setelah China melaporkan inflasinya berkurang lebih dari yang diperkirakan orang," kata Bart Melek dari TD Securities.
Pemerintah China mengatakan indeks harga konsumen negara itu naik 2,1% pada Maret, jauh di bawah tertinggi 10 bulan sebesar 3,2% pada Februari dan di bawah angka IHK 2,4% yang diperkirakan oleh para analis.
Perlambatan inflasi mengurangi kekhawatiran investor bahwa Beijing ingin mengetatkan kebijakan moneternya jika inflasi memanas.
Pedagang juga mencerna pengumuman Iran tentang sebuah fasilitas produksi uranium dan dua tambang ekstraksi baru hanya beberapa hari setelah pembicaraan dengan kekuatan dunia tentang sengketa program nuklirnya berakhir buntu lagi.
"Harga didukung oleh berita bahwa Iran meluncurkan dua program nuklir baru," kata James Williams dari WTRG Economics.
Robert Yawger dari Mizuho Securities mengatakan pelemahan dolar dan antisipasi laporan persediaan minyak AS juga telah mendukung pasar.
Sebuah greenback yang lemah membuat harga minyak dalam dolar lebih menarik bagi para pembeli yang menggunakan mata uang kuat.
Pada Rabu, laporan mingguan persediaan minyak Deparmen Energi AS (DoE) diperkirakan menunjukkan peningkatan lain dalam pasokan minyak mentah, ke tingkat tertinggi mereka dalam 22 tahun, kata Matt Smith dari Schneider Electric.
Menurut analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires, DoE akan melaporkan peningkatan 1,2 juta barel minyak mentah dalam pekan yang berakhir 5 April.
Stok bensin di ekonomi terbesar dunia itu diperkirakan telah turun 1,5 juta barel, dan sulingan, termasuk bahan bakar diesel dan pemanas, diproyeksikan turun 900.000 barel.(msb)