BISNIS.COM, JAKARTA-Raksasa barang konsumer PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) diyakini akan menaikkan harga produk jualnya tahun ini, mengingat kenaikan beban royalti dan jasa yang lebih tinggi yakni 4,75% tahun ini, dan 6,05% tahun depan, dari kenaikan tahun lalu 3,5%.
Analis PT Kim Eng Securities Katarina Setiawan dalam risetnya yang dirilis akhir pekan lalu (5/4) menyebutkan peningkatan beban jasa dan royalti yang dibayar Unilever ke induknya Unilever NV (Belanda) tahun lalu sudah berkontribusi 60,8% dari total beban umum dan administrasi.
"Unilever menyisihkan Rp536 miliar untuk royalti, atau naik 24% dari realisasi tahun sebelumnya. Begitu pula dengan biaya jasa yang naik sekitar 24% menjadi Rp402 miliar. Apabila Unilever tidak berupaya menaikkan harga jual produk, margin laba bersih tahun ini akan merosot," ungkap riset itu.
Unilever punya 40 brand populer di Indonesia
Katarina menambahkan dengan pasangnya ekspektasi laju inflasi dan kemungkinan kenaikan harga bahan bakar minyak, perseroan tak akan ragu menaikkan harga jual produk tahun ini. Apalagi, bagi Unilever, kenaikan harga jual tersebut tidak berarti otomatis mengoreksi pendapatan.
Tahun lalu, saat rata-rata produk yang terbebani royalti merek naik 3,5%, perseroan telah menaikkan rata-rata harga jual produknya 5,5% . Akan tetapi, pendapatan Unilever masih bisa tumbuh 16%. Adapun, sesuai dengan perjanjian lisensi terbaru, nilai royalti disesuaikan bertahap hingga 2015.
"Pertumbuhan pendapatan itu disokong komitmen perseroan memperbesar volume penjualan. Jadi, sejujurnya, tidak ada kekhawatiran tentang volume penjualan, namun kondisi tahun ini akan lebih sulit karena adanya kenaikan ongkos royalti itu," tulisnya.
Sancoyo Antarikso, Sekretaris Perusahaan Unilever Indonesia optimistis kenaikan nilai royalti tidak akan berpengaruh besar terhadap total keuntungan yang diperoleh perseroan. Apalagi, jaminan lisensi merupakan salah satu strategi dalam menunjang pertumbuhan bisnis di Indonesia.
Perjanjian lisensi merek mencakup pemberian lisensi atas merek-merek yang dimiliki perusahaan-perusahaan di dalam grup Unilever, termasuk yang akan dimiliki di masa depan, selama masa berlaku perjanjian.
Nilai royalti akan disesuaikan secara bertahap dengan kenaikan 1% pada 2013, 2% pada 2014, dan 3% mulai 2015, dan seterusnya. Royalti dihitung berdasarkan nilai total omset ke pihak ketiga, di luar omset produk yang mereknya dimiliki perseroan.
Selain royalti merek, Unilever juga punya perjanjian lisensi teknologi. Nilai royalti teknologi juga akan ditingkatkan bertahap menjadi 1% pada 2013, 1,5% pada 2014, dan 2% mulai 2015. Royalti itu dihitung berdasarkan nilai omset yang memperoleh dukungan teknologi.
Unilever akan mengurangi dampak biaya tinggi akibat kenaikan royalti dengan mengurangi porsi penjualan produk-produk yang tak banyak mencuri perhatian konsumen. Namun, manajemen tidak memberikan rincian produk tersebut.
Hingga kini, Unilever telah mengantongi sekitar 40 brand populer terdiri dari divisi makanan dan minuman serta keperluan rumah tangga mulai dari sabun, deterjen, pengharum, kecap, penyedap rasa, dan es krim.
(faa)