BISNIS.COM, NEW YORK--Pasar saham utama dan dolar jatuh pada Jumat setelah data pekerjaan ternyata lebih lemah dari perkiraan laporan sehingga menambah kekhawatiran pemulihan ekonomi AS yang mungkin akan kehilangan uap, untuk dijadikan ‘kendaraan’ yang mampu menawarkan keselamatan dan mendorong harga US Treasury sekuritas dan emas.
Minyak mentah Brent, turun ke level terendah dalam delapan bulan akibat suramnya data pekerjaan AS, yang diredupkan oleh prospek permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia.
Data jumlah pekerja berada dalam laju yang paling lambat dalam sembilan bulan hingga Maret, karena hanya menambahkan 88.000 pekerjaan di sektor non pertanian, demikian kata Departemen Tenaga Kerja, di bawah yang diharapkan, 200.000 pekerja. Tingkat pengangguran pun berdetak sepersepuluh poin menjadi 7,6%, penurunan tersebut terutama disebabkan oleh orang-orang yang putus dari angkatan kerja.
"Laporan ini akan memicu kekhawatiran lain yang bisa membuat pingsan ekonomi di musim semi, selain dampak negatif dari disfungsi Kongres, dan hal yang dinamika yang lebih umum, yang mendasari lemahnya perekonomian," kata Mohamed El-Erian, kepala investasi co-chief di Pacific Investment Management Company .
Laporan itu menyusul serangkaian data mengecewakan pekan ini pada aktivitas manufaktur di AS dan sektor jasa dan pekerjaan di sektor swasta. Ini meningkatkan kekhawatiran bakal terjadinya rally baru dalam ekuitas dengan berlari lebih cepat dari fundamental ekonomi.
Saham Jepang naik ke dekat tertinggi dalam lima tahun. Namun, pasar di Tokyo ditutup sebelum data pekerjaan AS diumumkan, sehari setelah Bank of Japan mengambil langkah-langkah berani dengan melakukan pelonggaran moneter untuk memerangi deflasi. Tokyo Nikkei melonjak 4,7%, melampaui 13.000 poin untuk pertama kalinya sejak Agustus 2008.
Yen merosot ke level terlemah dalam tiga setengah tahun lebih terhadap dolar, dan hasil obligasi benchmark 10-tahunan Pemerintah Jepang jatuh ke rekor terendah dari 0,315%. Yen, turun 3,5% pada minggu ini terhadap dolar, membukukan pekan terburuk sejak Desember 2009. Terhadap euro, yen memperlihatkan kerugian terbesar mingguan sejak November 2008, turun sekitar 5%.
Begitupun saham dunia di Indeks MSCI, turun 0,3 % pada hari ini ke 355,36 poin.
Saham AS pada akhir pekan ini menjadi rekor terburuk mereka pada tahun ini dengan kerugian pada hari Jumat setelah data pekerjaan merusak kepercayaan perekonomian dan pendapatan kuartal pertama. Musim laporan kuartal pendapatan perusahaan AS akan dimulai minggu depan.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 40,86 poin, atau 0,28%, dan ditutup pada 14,565.25. The Standard & Poor 500 turun 6,70 poin, atau 0,43%, menjadi (berakhir) 1,553.28. Nasdaq Composite Index turun 21,12 poin, atau 0,66%, ke 3,203.86.
Untuk minggu ini, Dow turun 0,1%, S & P kehilangan 1% dan, Nasdaq turun 1,9%. Saham Eropa pun jatuh 1,5%, penurunan harian terbesar tahun ini, yang ditutup pada 1,162.21 poin.
Rally Obligasi
Dolar pun jatuh 0,2% terhadap sekeranjang mata uang utama untuk 82,497, diharapkan Federal Reserve akan melanjutkan program pembelian obligasi, yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif. Namun, Euro naik 0,6% menjadi $ 1,3004.
"Pasar yakin bahwa Fed tidak akan mengambil kakinya dari pedal gas QE dalam waktu dekat," kata Douglas Borthwick, managing director Chapdelaine Foreign Exchange di New York.
"Jumlah ini melihat pada tindak lanjut dalam kelemahan dolar, dan saya berharap untuk terus melawan semua negara yang tidak memulai QE mereka sendiri."
Dollar terakhir naik 1,3% pada 97,57 ¥, setelah naik ke 97,83, terkuat sejak Juni 2009. Euro menguat 1,8 % menjadi 126,85 ¥.
Treasuries AS menguat dan yield turun ke tingkat terendah mereka tahun ini. Pasar global melemahkan ekuitas, program stimulus moneter Bank Jepang, dan meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea juga mendorong investor untuk membeli obligasi.
Setelah laporan treasury benchmark 10-tahun an 17/32 lebih tinggi sehingga membawa yield-nya turun ke 1,706%. Harga dari obligasi 30-tahun Treasury naik 2-22/32, mendorong yield-nya turun ke 2,858% dari 2,99% pada akhir Kamis.
Minyak mentah Brent turun US$2,22 untuk menetap di US$104,12 per barel. Minyak mentah AS turun 56 sen untuk menetap di US$92,70. (msb)