BISNIS.COM,JAKARTA - PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mengklaim berhasil mengurangi beban utang hingga Rp4,27 triliun, atau turun 40% dari utang 2011 sebesar Rp10,71 triliun menjadi tinggal Rp6,44 triliun pada 2012.
Direktur Keuangan Bakrie & Brothers Eddy Soeparno menyatakan bersamaan dengan itu, beban bunga berhasil ditekan dari sebelumnya Rp2 triliun menjadi tinggal Rp1,19 triliun.
"Penurunan beban utang dan bunga pinjaman ini meringankan beban keuangan perseroan sepanjang tahun lalu," ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis, Minggu (31/3).
Sepanjang tahun lalu, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp15,48 triliun. Sementara, laba bersihnya mencapai Rp354,87 miliar, dengan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp127,77 miliar.
Sayangnya, laporan keuangan perseroan yang full year 2012 belum dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan baru akan dilaporkan Senin (1 April), sekaligus diumumkan dalam keterbukaan bursa.
"Karena 31 Maret jatuhnya di tanggal merah, kami baru rilis laporan keuangannya besok [Senin]. Tapi kami sudah iklankan di media massa hari ini [Minggu]," ujar Media Relations Bakrie & Brothers Jhonny Darmo kepada Bisnis, Minggu (31/3).
Direktur Utama & CEO Bakrie & Brothers Bobby Gafur Umar mengatakan dengan kinerja yang cukup baik sepanjang tahun lalu, perseroan optimistis mampu meningkatkan kemampuan finansialnya.
"Laba bersih kami menunjukkan peningkatan. Jumlah pendapatan juga cukup signifikan. Tahun lalu kami juga berhasil menekan beban utang dalam jumlah yang sangat berarti," kata Bobby.
Menurut dia, unit-unit usaha perseroan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kinerja yang semakin baik, sehingga mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perseroan.
"Tahun lalu, unit-unit usaha menyumbang 66% dari total revenue perseroan, dengan nilai mencapai Rp10,11 triliun," ujarnya.
Bobby menyebut PT Bakrie Building Industries (BBI) dan PT Bakrie Tosanjaya (BTJ) sebagai dua unit usaha yang memiliki prospek sangat baik untuk terus dikembangkan.
BBI adalah perusahaan yang memproduksi aneka jenis bahan bangunan, sementara BTJ adalah produsen dan pemasok komponen beberapa merek mobil komersial.
Pada bagian lain, Bobby mengatakan PT Bakrie Building Industries (BBI), unit usaha Bakrie & Brothers menargetkan perolehan penjualan tahun ini sebesar Rp873 miliar, meningkat 34,1% dari tahun lalu sebesar Rp651 miliar.
"Tahun ini targetnya Rp873 miliar dan ini sangat realistis, mengingat berbagai inisiatif yang sedang dilakukan untuk mendorong pertumbuhan usaha BBI," katanya.
Menurutnya, industri bahan bangunan memiliki prospek sangat bagus seiring dengan pertumbuhan industri properti dan konstruksi. Ditambah dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan daya beli konsumen yang terus meningkat, perseroan optimistis industri bahan bangunan akan terus melaju.
BBI adalah perusahaan yang memproduksi aneka jenis bahan bangunan di pabriknya yang berada di kawasan Jakarta Barat. Tahun lalu, BBI berhasil meraup laba bersih sebesar Rp39,2 miliar, meningkat 62% dari 2011.
Bobby menyebut BBI sebagai salah satu dari dua unit usaha perseroan yang memiliki prospek sangat baik untuk terus dikembangkan. Selain BBI, unit usaha lainnya yaitu PT Bakrie Tosanjaya (BTJ).
Bakrie Tosanjaya adalah produsen dan pemasok komponen beberapa merek mobil komersial dan merupakan salah satu pemasok utama komponen kendaraan niaga seperti Mitsubishi, Hino, Daihatsu, dan Toyota.
Bobby mengatakan perseroan belum lama ini telah menuntaskan proses akuisisi aset terkait dengan komponen otomotif yang dimiliki oleh salah satu anak kelompok usaha besar asal Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia. Akuisisi ini sudah final dan mendapat dukungan pembiayaan dari perbankan nasional.
Chief Investor Relations Officer Bakrie & Brothers Indra Ginting menambahkan pertumbuhan EBITDA Bakrie Tosanjaya adalah sekitar 60% dibandingkan dengan 2011. Hal ini didukung oleh pasar mobil komersial yang rata-rata tumbuh 24-26% per tahun.
"Prospek Bakrie Tosanjaya masih sangat cerah sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif nasional," ujarnya.
(faa)