Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREDIKSI BURSA: IHSG akan bergerak variatif cenderung menurun

BISNIS.COM, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bergerak bervariatif cenderung terkoreksi seiring dengan sentimen dari bursa global dan aliran dana asing.
 
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada memperkirakan IHSG akan bergerak pada support 4.800-4.822 dan resistance 4.836-4.847.
 
“Ternyata IHSG ditutup pada kisaran target resisten kami (4.815-4.826) meskipun sempat dilampauinya. Pada akhirnya IHSG bisa tetap mempertahankan posisinya di zona hijau,” ujarnya, Selasa (19/3).
 
Kendati demikian, IHSG masih berpeluang untuk terjadinya pembalikan arah. Oleh karena itu, investor diharapkan tetap mewaspadai dan mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.
 
Dari Eropa, kabar dana talangan (bailout) Siprus masih menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Hal ini terlihat dari pasar saham Eropa yang bergerak di zona merah.
 
Selain itu, aksi demo yang dilakukan masyarakat untuk menolak pengenaan pajak pada tabungan mereka turut direspon negatif pelaku pasar.
 
Dari bursa AS, rilis data building permit dan penjualan rumah bulanan kemungkinan akan berimbas terhadap pelemahan indeks AS.  Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati pertemuan FOMC The Fed.
 
Di tempat lain, Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memperkirakan IHSG akan bergerak cenderung flat di kisaran 4.757-4.854.
 
“IHSG cenderung bergerak dipengaruhi dari sentimen bursa regional. Selain itu, aliran dana asing pun menjadi sentimen tambahan,” ujarnya.
 
Dia menilai secara teknikal jika melihat indeks Hang Seng yang ditutup terkoreksi kemarin, diprediksi akan diikuti oleh terkoreksinya indeks Dow Jones.
 
Terkoreksinya indeks Dow Jones, lanjutnya, biasanya menciptakan kekhawatiran investor terhadap IHSG. Menurutnya, para investor cenderung menahan dananya, dan melihat terlebih dahulu situasi yang akan terjadi.
 
Dia juga menyebutkan berdasarkan sektoral, saham-saham perbankan dan konstruksi dapat diperhatikan. Adapun, sektor tambang menjadi saham yang harus dihindari karena tingginya tekanan jual batu bara akibat anjloknya harga batu bara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Others

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper