JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri pekan ini dengan mencetak rekor penutupan tertinggi baru pada level 4.651,12, menguat 18,72 poin atau 0,40%, setelah sepekan ini menunjukkan grafik fluktuatif.
Selama lima hari perdagangan terakhir iHSG naik 0,76% dari 4.616,00 pada penutupan akhir pekan ini. Kenaikan persentase tersebut lebih kecil dibandingkan dengan pergerakan saham sepanjang pekan lalu 2,78%.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan pergerakan yang fluktuatif sepekan ini banyak dipengaruhi dari sentimen global dan domestik. Meskipun nilai IHSG saat ini telah mendekati area jenuh beli.
“Saat ini memang IHSG sudah mendekati jenuh beli, namun apabila diberi suplemen dari sentimen-sentimen positif maka IHSG akan nyaman di zona hijau,” tuturnya, Jumat (22/02).
Pergerakan IHSG yang fluktuatif juga dikarenakan rilis data ekonomi dari AS maupun Eropa yang negatif, meskipun ada dorongan sentimen positif dari rilis kinerja emiten dalam negeri.
Kendati demikian, pergeseran sentimen ke arah positif cukup besar mengingat rilis data ekonomi AS maupun Eropa hampir seluruhnya dipulikasikan, sedangkan rilis kinerja emiten dari dalam negeri tengah dimulai. “Meskipun rilis kinerja masih belum diaudit, namun cukup memberikan angin positif terhadap pergerakan IHSG,” ujarnya.
Sebelumnya, Markit Economics pada Kamis (21/2) melaporkan indeks manajer purchasing (PMI) manufaktur dan jasa di 17 negara pengguna mata uang euro turun menjadi 47,3 pada Februari 2013 dari bulan lalu yakni 48,6.
Selain sentimen negatif dari data manufaktur Zona Eropa, pertimbangan pengurangan quantitative easing tahap tiga (QE 3) dari Federal Reserve AS untuk menghentikan stimulus moneter turut memberikan sentimen negatif.
Dalam rapat pada Desember 2012, para pejabat FOMC telah memperdebatkan kemungkinan penghentian QE 3, yang telah membengkakan aset the Fed hingga lebih dari US$3 triliun.
Sementara itu, Analis Millenium Danatama Indonesia Asset Management Desmon Silitonga menilai beli bersih asing yang mencatatkan konsistensinya sejak awal tahun ini meberikan tambahan nilai positif bagi IHSG.
Menurutnya, semenjak Fitch Ratings memberikan assesment positif kepada Indonesia, menguatkan daya tahan perbankan Indonesia dalam 18 bulan ke depan. “Dengan daya tahan dari sektor perbankan tersebut, memang aliran dana asing terus mengalir. Apalagi, jika kebijakan moneter longgar dijalankan oleh trio bank sentral [Jepang, AS dan Eropa] maka selama itu Asia akan menjadi sasaran dana asing,” katanya.